Memang Kuharap Kau datang lebih pagi, Teman
Aku rindu memanggil petang bersamamu
Bersama mentari yang bersinar tipis di bibir awan
Bersama aroma tungku, merebus ubi kayu
Aku sudah mendengar, Teman
Tahun lalu Kau berbaris, melukis, dan menulis, menyusun tangga nada orasi
Berharap terwakili suara orang sepertiku, kaum yang terjebak di pinggir
Amarah lintas usia meletup, menebus asap pembangunan yang buta
Aku minta maaf, Teman, tak sempat antarkan kopi untukmu