Lihat ke Halaman Asli

Kedaulatan Pangan Seperti Apa?

Diperbarui: 28 Desember 2015   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedaulatan pangan Indonesia merupakan cita-cita bangsa Indonesia sejak lama. Jika kita mengingat ini, pikiran kita pasti tertuju kepada petani kecil Indonesia. Di tengah industrialisasi dan modernisasi, petani konvensional harus dengan susah payah menanam tanaman pangan dan hortikultura di lahannya. Hasil pendataan oleh BPS 2010-2013 menunjukkan bahwa lahan pertanian Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2010-2012 dari  8 juta hektar hingga 8,127 juta hektar. Akan tetapi, luas lahan pertanian tahun 2013 mengalami pengurangan hingga 8,112 juta hektar. Data tersebut menunjukkan industrialisasi menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertanian Indonesia yaitu berkurangnya lahan pertanian produktif untuk menunjang penanaman tanaman pangan. Limbah industri juga menurunkan kualitas tanah karena terkontaminasi zat kimia yang berbahaya sehingga lahan pertanian menjadi rusak.

Rencana mencapai kedaulatan pangan  kini menjadi PR terbesar Kementerian Pertanian Indonesia. Kampanye Stop Impor Pangan terus disebar luaskan oleh Menteri Pertanian Indonesia. Menurut Andreas (2015) , kebijakan itu diambil berdasarkan surplus beras sebesar 10 juta ton tapi data tersebut tidak akurat karena  diduga ada permainan didalamnya.  Menurut Nasuri (2015) dalam Liputan 6 edisi 25 Desember, menyatakan bahwa impor beras Thailand akan membanjiri Indonesia di akhir tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa cita-cita bangsa tidak tertanam di setiap pejabat di negeri ini. Permainan data yang berlandaskan asal bapak senang menimbulkan akibat yang fatal. Pengambilan kebijakan yang salah akan memicu distabilitas dalam pemenuhan pangan  Indonesia. Bahkan, kampanye stop impor kini mulai meredup karena realita menunjukkan pemerintah tetap melakukan impor 1,5 juta ton dari Thailand dan 500.000 ton dari Vietnam untuk memenuhi kebutuhan pangan Indonesia.

Konsep kedaulatan pangan harus dimaknai secara mendalam sebelum direalisasikan. Menurut  Andreas (2015) , kedaulatan pangan harus memeuhi tujuh indikator utama, seperti peningkatan kesejahteraan petani, produksi pertanian  berkelanjutan berbasis agroekologi, proteksi harga dan penurunan impor pangan,renegosiasi seluruh perjanjian internasional dan regional terkait pertanian dan pangan, redestribusi lahan untuk petani kecil, diversifikasi dan pembangunan pangan lokal,  dan demokrasi pertanian dengan cara melibatkan petani dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan pertanian. Ketujuh indikator tersebut bertujuan untuk menaikkan taraf hidup petani kecil di Indonesia. Nilai Tukar Petani merupakan acuan untuk mengetahui fluktuasi kesejahteraan hidup petani dengan membandingkan indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang di dapat petani.  Data dari BPS (2014), menunjukkan bahwa tahun 2009-2012 merupakan masa naiknya NTP petani  karena diiringi dengan naiknya harga pangan . Akan tetapi, pada tahun 2013 NTP petani menurun karena naiknya biaya produksi tidak sebanding dengan penerimaan petani.  Apalagi di tahun 2015 ini, efek El nino menurunkan produktivitas pangan lokal Indonesia terutama beras. Oleh karena itu, kemungkinan bila hal ini tidak diantisipasi oleh pemerintah Jokowi dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman  dengan progam Nawa Cita akan kembali menurunkan NTP.

    Cita-cita besar ini memang seringkali dipertanyakan realisasinya. Negara Indonesia yang dahulu dikenal Negara Agraris mulai kehilangan pesonanya. Meskipun perkembangan IPTEK di bidang pertanian tetap berlangsung, hasilnya tidak terlihat signifikan. Selain itu, kondisi politik Indonesia yang masih melibatkan pejabat yang berpolitik kepentingan menghambat tercapainya cita-cita tersebut. Pencitran, retorika, dan wacana bukan lagi kebutuhan masyarakat Indonesia sekarang.  Penerapan Revolusi Mental  oleh pejabat dan masyarakat Indonesia harus dilakukan demi meningkatkan kualitas bangsa. Berbagai masalah pertanian di depan mata harus diselesaikan bersama  dengan kerja keras dan kerja cerdas untuk menyelamatkan petani Indonesia , menstabilkan harga, dan meraih cita-cita kedaulatan pangan Indonesia.

Fauzan Muzakki

Wakil Ketua BEM Fakultas Pertanian IPB Kabinet SAPA Tani

Mahasiswa Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline