Lihat ke Halaman Asli

Ohahauni Buulolo

Pelayanan Sosial

Isu-isu Kontemporer dalam Surat Yohanes

Diperbarui: 26 Maret 2024   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nama: Ohahauni Buulolo

Pendahuluan

       Injil Yohanes adalah unik di antara keempat injil. Injil mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Kitab ini ditulis oleh seorang murid Yesus yang tahu banyak tentang peristiwa demi peristiwa Ketika murid bersama dengan Yesus selama pelayanan. Sebab itu ia tidak mencantumkan nama, namun mengisyaratkan penulis Yohanes. Seorang Penulis yang merupakan saksi mata (Yoh. 19:35)[1] Ia sangat mengetahu adat-istiadat Yahudi seperti pengharapan umat ini akan kedatangan Mesias (1:19-28), perasaan orang Yahudi pada orang Samaria (4:9) serta sikap tertutup mereka dalam ibadah. Marril menjelaskan bahwa Yohanes adalah seorang Yahudi Palestina yang mempunyai hubungan pribadi dengan negeri itu terutama Yerusalem dan sekitarnya (9:7; 11:18; 18:1).[2] Bahkan yang lebih Istimewa lagi rasul Yohanes menempati posisi yang paling terhotmat dari para murid lainnya (Yoh.13:23; 19:26-27; 8:44; 1 Yoh. 3:10; 1 Yoh. 4:7).

Keluarga Yohanes

       Yohanes memiliki ayah Bernama Zebedeus seorang nelayan dari Galilea (Mrk. 1;19), dan ibunya Bernama Salome (Mat. 27:56) bahkan ia adalah saksi mata dari peristiwa-peristiwa yang dicatatnya, seorang rasul, seorang pribadi yang disebut "murid yang dikasihi" (Yoh. 13:23-25) Ia menyaksikan kemuliaan-nya, yaitu  kemuliaan Bapa kepada anak-nya (1:14). Ia memuat kisah perumpamaan dan hanya tujuh mujizat yang tersajikan di dalamnya seperti mengubah air menjadi anggur (2:1-11) menyembuhkan anak pegawai istanah (4:46-54) menyembuhkan orang sakit di betesda 95:1-9) memberi makan lima ribu orang (6:1-14) berjalan diatas air (6:16-21) menyembahkan orang buta dll.

Penerima dan tempat penulisan

       Injil ini meneguhkan maksud pengarang (Yoh. 20:30-31) bagi para pembaca orang-orang Yahudi, Non-Yahudi dan penganut gnostic. Adapun tujuan lainnya ialah sebagai pembelaan iman (apologetic) dalam melawan pengikut fanatic Yohanes pembaptis dan guru-guru palsu. Rasul Yohanes juga menulis terutama untuk orang Yahudi yang terbesar luas dan terpencar-pencar di berbagai negeri secara diaspora dan untuk orang-orang non-Yahudi yang berpindah agama masuk agama Yahudi. Surat ini ditulis pada sekitar tahun 60-an maka mengenai seorang penulis lebih merujuk kepada hubungannya dengan Asia Kecil.

Isu-isu Kritik Injil Yohanes

       Hanya sedikit sarjana yang menganggap Yohanes sebagai sumber informasi mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus dalam tingkatan yang sebanding dengan Injil Sinoptik... Injil Yohanes tidak dapat dianggap sebagai sumber kehidupan dan ajaran Yesus yang setingkat dengan Injil Sinopti. Hal ini tentu saja ingin menggunakan Injil Yohanes sebagai sumber, namun sebagian besar sebagai sumber sekunder untuk melengkapi atau menguatkan kesaksian tradisi Sinoptik."[3]

        Dalam mengidentifikasi isu-isu Yohanes sehubungan dengan Injil Sinoptik, banyak hal yang kontras dapat diamati. Hal ini mencakup gambaran pelayanan Yesus yang sangat berbeda dan perbedaan mencolok dalam gaya bicara Yesus. Dalam Sinoptik, tema utama Yesus adalah Kerajaan Allah, dan dia jarang berbicara tentang dirinya sendiri. Namun, dalam Yohanes, khotbahnya berpusat pada pernyataan yang dibuat Yesus tentang dirinya sendiri. Misalnya, pernyataan diri "Akulah" yang mencolok hanya ditemukan dalam Injil Yohanes dan tidak ada alasan mengapa pernyataan-pernyataan ini dihilangkan dari Injil-Injil lainnya jika pernyataan-pernyataan ini memang diucapkan oleh Yesus. Satu-satunya kesimpulan yang jelas adalah bahwa perkataan "Akulah" tidak dapat ditelusuri kembali ke Yesus sendiri. Menunjukkan dengan jelas bahwa Origenes, salah satu teolog Kristen paling terkemuka dan Bapak Gereja abad ke-3, menganggap Injil Keempat lebih bersifat simbolis daripada bersejarah. Sehubungan dengan khotbah dalam Injil Yohanes, Origenes berkata, "Kita tidak akan ragu untuk menemukan Injil dalam khotbah semacam itu juga karena bukan merupakan sebuah narasi melainkan sebuah imbauan dan dimaksudkan untuk memperkuat kepercayaan akan misi Yesus" (Origen, Commentary on John, Buku 1, Bab 5). Dalam artikel tersebut, banyak kutipan yang diberikan dari Origen's Commentary on John. Beberapa judul babnya memuat pernyataan sebagai berikut.[4] Demikian juga pembahasan tentang logos dalam Yohanes 1:1 adalah menjadi isu-isu kontemporer sat ini dalam dunia teologi. Injil Yohanes dalam Kontroversi. Tidak hanya itu, eskatologipun dalam surat yang ditulis Yohanes salah satunya dikitab wahyu menjadi isu-isu kontemporer sampai hari ini. 

       Penekanan teologi Yohanes dalam surat-suratnya timbul dari persoalan penggembalaan terhadap para pembacanya. Persoalan ini didorong oleh kontroversi teologi penting tentang pribadi Yesus di gereja-gereja Asia Kecil yang menjadi tujuan surat-surat Rasul Yohanes. Kontroversi itu telah berkembang jauh sehingga menimbulkan perpecahan serius yang mengakibatkan keluarnya sejumlah orang mengakui dirinya Kristen. Tujuan Yohanes menulis ialah untuk meyakinkan para pembaca itu, seperti orang-orang yang ditinggalkan, bahwa mereka tetap setia pada pengakuan iman rasuli mereka tentang siapa Yesus dan tentu memiliki hidup yang kekal. Para pembaca memerlukan peneguhan Kembali semacam itu ditengah perdebatan berkelanjutan dengan para sesat, yang menganut kristologi yang tidak dapat dan tidak sesuai ajaran, menyangkali kemanusiaan Yesus dan arti penting dari kehidupan dan pelayanan-Nya di bumi sebagai teladan yang harus diikuti umat percaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline