Lihat ke Halaman Asli

Ogie Urvil

CreativePreneur, Lecturer

Jari dan Bulan..

Diperbarui: 15 Juli 2017   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era media sosial "tanpa filter" sekarang ini, seringkali hal2 yang berbau hoax atau fitnah bergentayangan di dunia maya.. Mungkin juga karena suhu politik yang "hangat" terus, saat2 dimana lawan politik saling menjatuhkan, dan kawan politik salilng disanjungkan.. Jadinya banyak hal2 yang aneh dan bikin bingung: “ini yang benar yang mana ya ??”..

Saya nggak tau alasan mereka itu, koq menyebarkan yang seperti itu.. Seakan terasa ingin “menjatuhkan” yang lain… Padahal logika sederhananya, jika seseorang ingin menjatuhkan orang lain, itu artinya dia jelas2 mengakui kalau posisi dia berada di bawah orang yang ingin dijatuhkan.. Orang rendah yang merasa kualitas diri atau kelompoknya sudah kalah, cara fitnah pun jadi sah.. Orang2 berkualitas malah “ditimpukin” kata2 nggak benar, dan bukannya malah dijadikan cerminan diri.. Ibarat buruk muka, cermin dibelah..

Saya jadi teringat sebuah kisah dalam literatur Zen.. Tentang seorang biksu yang bertanya pada salah satu “pentolan” Zen..  Si biksu membawa buku yang ia pelajari bertahun2, dan ia ingin menanyakan bagian2 yang nggak bisa ia mengerti pada pentolah Zen tersebut… Si pentolan Zen ternyata nggak bisa membaca allias buta huruf.. Lantas si biksu pun berkomentar: “Anda bahkan nggak bisa mengenali huruf, gimana bisa memahami artinya..??”.. Si tokoh Zen ngejawab: “Kebenaran tidak ada kaitannya dengan kata2..”

Lantas tokoh Zen menunjukkan jarinya ke bulan di langit, sambil berkata lagi: “Kebenaran bisa diumpamakan seperti bulan terang di langit, dan kata2 bisa diumpamakan seperti jari..” Waw.. Hebat sekali analoginya.. Jari bisa menunjukkan posisi bulan, tapi jari kan bukan bulan.. Namun supaya orang sekitar bisa melihat bulan, kita perlu melihat kemana jari mengarah.. Jadi, maksud dari si tokoh Zen: Kata2 bukanlah kebenaran, tapi bisa menunjukkan ke arah kebenaran..Anak kecil pun meski penyusunan kata2nya masih berantakan, tapi tetap bisa menunjukkan hal yang benar pada kita…

Saya pikir, orang dewasa penyebar fitnah itu mengambil “keuntungan” dari hal ini.. Dibungkus dengan rangkaian kata2 rapi & indah seakan2 yang ia lontarkan itu benar (jari), padahal esensi sejati kebenarannya (bulan) belum tentu.. Berapa banyak dari kita kemudian “terjebak” untuk melihat “jarinya” saja, dan bukan bulannya..??.. Ini sepertinya bisa jadi alasan kenapa sebagian besar fitnah wujudnya adalah kata-kata, baik itu yang diungkapan secara lisan maupun tulisan.. Analogi jari & bulan ini juga sepertinya nggak cuman nyambung sama fitnah saja, tapi bisa hal2 lain yang sederhana & fundamental.. Contohnya: Berapa banyak orang yang membaca kata2 petunjuk di kitab sucinya (melihat jari), tapi nggak melihat esensinya, alias masih berbuat nggak jujur, korup, dan dzalim (nggak melihat bulannya..??)…

“Bahasa dan kata2 hanyalah simbol untuk mengungkapkan kebenaran.. Tapi menganggap kata2 sebagai kebenaran adalah sama lucunya dengan menganggap jari sebagai bulan..” –The Book of Zen –

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline