Lihat ke Halaman Asli

Bangsa Indonesia, Santun & Ramah YES, Etika dan Empati I Don't Think So

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada cerita menggelitik tentang pejabat / orang terkenalyang ramai dibicarakan tadi siang di BBM dan twitter mengenai sikap angkuh dan arogannya yang tidak mau turun dari pesawat terbang karena double seat

Padahal jelas jelas bangku tesebut milik orang lain,(seat yang sama jadwal flight yeng berbeda) .Namun terlepas dari benar tidaknya versi berita tersebut dan klarifikasinya yang katanya berita ini sudah dibantah).

Ini membuat saya teringat dengan obrolan dua orang teman saya asal German dan Scotland yang hobynya bukan hanya jalan jalan namun mengamati perilaku budaya manusia juga yang mengatakan umumnya bangsa di Asia masih tidak mengerti mana yang pantas dan tidak dalam hal attitude. Semula saya masih tidak terima dan marah, namun dari pada menampik, saya mencoba menyaringnya sebagai masukan yang positif

Atas ajakan saya pula mereka datang ke Bali dan Jakarta beberapa kali. Sampai mereka fed up untuk jalan jalan di Jakarta, bukan karena sumpek , polusi atau macet,,,namun karena tidak tertib-nya Jakarta yang kurang lebih hampir sama dengan India dan Bangladesh

Saya sangat setuju Indonesia adalah bangsa yang ramah tamah dan sopan santun, tapi mengenai etika, tunggu dulu, saya bisa bilang Bangsa kita masih jauh dari etika yang baik. Etika disini luas artinya, tapi paling mudah menjabarkan ke dalam tiga kata, yaitu tahu diri, berbudaya dan tertib.

Tiga hal tersebut saya lihat hampir tidak ada dalam kehidupan khususnya di kota besar, alasannya hanya karena ego masing masing dan tidak terpikirkan di benak kita, apa pantas kita melakukan ini atau tidak? Yang ada di benak kita adalah,,,,jangan salahin saya , yang lain begitu …atau abis pemerintahnya begini, atau,,emang gue pikirin

Contoh kasus yang baru saja terjadi dan ramai dibicarakan di twitter merupakan salah satu sikap egois, tidak tahu diri dan etika yang akhirnya tanpa sadar dia telah memepermalukan dirinya sendiri.Namun banyak sekali kasus seperti itu terjadi di kita, mulai dari hal yang kecil, etika berkendara yang sekarang sudah tidak ada lagi mulai dari lampu merah, lihat saja busway, semua antri menunggu bus trans, namun saat pintu dibuka, kita tidak tahu lagi siapa yang sudah menunggu lama atau baru, berusaha saling menyerobot. Dalam artikel ini kita tidak perlu menyalahkan pemerintah dan transportasi yang masih sangat buruk

Mungkin bisa dihitung kita dapat mengucapkan terima kasih dan permisi kepada orang lain atau petugas suatu layanan (selain tempat jasa besar seperti customer service, reception atau teller) atau seringkah kita melihat orang membukakan / menahan pintu atau lift bagi orang lain dan mengucap terima kasih? Atau seringkah kita melihat orang mau menggeser tempat duduknya di angkutan umum /bus tanpa menunggu teriakan kernet ? yang paling parah adalah merokok di area umum, baik itu angkutan atau antrian. Sering saya lihat ekspresi perokok itu dan yang dibenak saya adalah,,apa yang ada difikiran dia..saking nikmatnya merokok dia tidak berfikir orang NON smoker sekelilingnya sangat terganggu

Ada cerita yang tidak saya lupakan di London kemarin, Saya menunggu bus yang cukup lama, sekitar 20 menit bus belum datang, kami semua menunggu tidak beraturan di halte, namun rupanya tiap orang sudah tahu siapa yang datang duluan, sampai disaat bus datang, laki laki yang masih kecil itu menunggu di depan bus dan beberapa orang antre sesudahnya. Sebelum saya memang ada seorang wanita sepuh yang memakai tongkat.

Pintu bus di buka, namun si laki laki kecil tersebut yang seharusnya cepat naik, tidak tega, dia menyilakan sang nenek untuk naik bus duluan sebagai rasa hormat, begitupun penumpang kedua, namun sang nenek bersikeras untuk mengantri karena menghargai bahwa dia di urutan kesekian karena datang belakangan

Tanpa menghubungkan membedakan dan membandingkan Negara maju atau berkembang dan kemajuan ekonomi dan transportasi, namun saya melihat perilaku masyarakat kita memang tidak terbiasa dengan hal hal di atas.

Sejak kecil kita hanya terbiasa untuk manis, sopan dan ramah dikalangan terhadap orang yang lebih tua, keluarga dan saudara saja.Kita memang saling respek di kalangan terbatas saja.Namun saat kita berada di luar rumah, hampir kita tidak pernah melihat orang lain dan sekitarnya , Jarang sekali kita mengucap kata Terima kasih, Maaf dan Permisi atas hal hal yang kita lakukan tanpa disengaja. Misalnya menyenggol atau apresiasi terhadap sikap seseorang…barangkali kita sendiri akan menjawab, Emang penting ye? Emang gue pikirin atau Siape lu……..singkatnya basa basi enggak penting banget, untuk apa?

Hal hal yang kecil tersebut banyak yang tidak kita sadari dimanapun berada, dan kita memang tidak pernah dan tidak mau memikirkan hal hal tersebut…..karena kita tidak mau membiasakannya dan kitapun tidak akan mau peduli bahwa generasi selanjutnya akan bagaimana

Mungkin tiap individu dan keluarga di Indonesia, terlepas dari tingkat ekonomi, agama dan edukasinya perlu belajar lagi apa itu etika dan empati. Ataukah budaya kita memang sudah seperti ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline