Lihat ke Halaman Asli

Agama, antara Doktrin dan Destiny

Diperbarui: 11 Februari 2016   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya terus berfikir,,ini kenapa agama rasanya kok terdengar malah memberatkan,,bukan membawa kedamaian, lihatlah setiap orang dan pengikutnya, pasti merasakan bahwa agamu ini yang paling baik,, maka bergabunglah denganku,,seakan akan bila ada yang mauk kelompok kita, dialah manusia yang paling terbekati hari itu. Belum lagi doktrin doktrin yang kalau di telaah terdengar gila. kau begini ganjarannya begitu,,,kau salah sedikit maka ganjarannya begitu,,ah pokoknya seram lah,, belum lagi bayangan siksa kubur dan panasnya neraka

Namun ada yang mengajarkan bahwa kesalahan kita sebagai manusia sudah ada yang mempertanggung jawabkannya, karena pencipta maha pemaaf, dan ada pula ajaran jaran lainnya yang tentu tergantung pola pikir manusia untuk melihat dan menilai, dan kembali lagi penafsiran manusia satu sama lain berbeda, jadi jangan paksakan

Sayapun pernah dekat dengan aktifis Kristen, pengikut yahudi Kaballah, dan tentu saja dari golongan islam sendiri, ada syiah, wahabi dan lain lainnya

Saya percaya dengan yang saya lakoni, tentu saja (inginnya) tidak hanya di mulut saja, tetapi kewajiban seorang penganut, tentu saja berusaha di jalankan.

Lha,,apabila saya percaya kenapa saya menulis ini? karena saya sudah bosan melihat ekspolitasi agama, baik oleh media maupun pelakunya yang seakan akan akulah terbaik dan yang lain kafir

Sampai pada akhirnya saya berada dalam posisi, agama kok membuat doktrin yang lebay yang menyengsarakan manusia apabila manusia membuat kekeliruan sedikit,,,katanya tuhan pemaaf ,,terus...?

Otak yang kita miliki untuk terus mendengar semua doktrin dan dikembalikan dengan logika memang harus kuat kuatan dengan dalil atau kata kata yang diucapkan seorang ulama, ustadz atau pendeta..apabila terselip saja sedikit politik disana, saya segera lupakan

namun apabila kekakuan didasarkan background dari pemimpin tersebut, bisa jadi karena beliau sangat berhati hati

Well. agama akan sangat indah bila pelakunya tahu menempatkan diri, kapan Habluminallah dan Habluminanas itu dilakukan, dengan berat sebelah hanya akan membuat kita kaku, salah salah terlalu kaku menjadi kita seorang fanatik yang akhirnya menjadi sangat mudah mencap kafir...padahal hubungan kita dengan sesama mahluk saja masih sering iri dengki

Dan saya setuju sekali, dengan kata kta agamaku agamaku agamamu agamamu,,,kenapa kita masih terlalu mudah mengatakan kafir padahal mereka juga berhak mengatakan kita kafir (versi mereka)

Agama dan perilaku itu ibarat dompet, perilaku itu dompetnya, agama itu isi dompetnya, tidak perlu orang lain tahu, yang perlu kita pebuat hanyalah baik tanpa pandang bulu TITIK




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline