Lihat ke Halaman Asli

Priandona Ogansyah

Melampaui setengah abad usia

Debat

Diperbarui: 29 November 2022   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu masa ketika saya berada di suatu kumpulan orang yang tengah sibuk membicarakan tentang kekinian dunia. Saya ber tegur sapa dengan seorang tua yang dari tutur bahasa dan isi kata-kata nya membuat saya mengambil kesimpulan bahwa beliau adalah orang yang Bijaksana.

Beliau hanya diam seribu bahasa seraya menggeleng-gelengkan kepala saat kubu-kubu mulai terbelah menjadi dua bahkan beberapa, semua saling berkutat dengan kebenaran menurut Persepsi nya masing-masing, Saat suara-suara mulai meninggi, hingga menonjol urat-urat dileher mereka. Sumpah serapah mulai terujar kepada orang yang sebelumnya dianggap saudara.

Beliau yang saya asumsikan sudah lebih banyak melihat beraneka peristiwa di dunia ini dibanding saya, lalu menatap saya dalam-dalam sambil berkata :

"Lihat anak-cucu Adam yang selalu senang membuat silang sengketa antar sesama. Mereka lupa bahwa salah satu tujuan manusia diturunkan dimuka Bumi adalah menjadi Rahmat bagi sekalian alam. Manusia sering lalai dengan membiarkan iblis meraja di hati nya, hingga kata AKU lebih keras suaranya dari pada KITA. Seruan PERANG lebih merdu daripada ajakan DAMAI. Senang bahkan bangga saat melihat kata-kata nya berhasil melukai hati lawan bicara nya.

Padahal semua hanya permainan dunia belaka. Kita kerap lupa soal DARI,SEDANG dan AKAN kemana ujung-semua kehidupan. Tidak satu keping pun harta yang akan dibawa, tidak pula banyaknya istri, anak, keluarga dan sahabat yang menyerta, juga tak akan ditimbang tinggi dan banyak nya pangkat serta jabatan yang siang-malam di perjuangkan oleh manusia saat kelak AJALnya tiba. Bukan pula tentang kalah dan menang dalam debat yang tak ada faedah didalam nya yang akan di tera dialam pasca kehidupan".

Seraya perlahan beringsut meninggalkan ruangan kumpulan tersebut, beliau pamit sambil tak henti mengumandangkan Istighfar di bibir tua nya.

Saya hanya masygul terdiam sambil mencoba menerka bahwa beliau sengaja dikirim untuk menasehati saya agar senantiasa ingat tentang keberadaan sang penggoda.

Saya juga sedang Belajar..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline