Lihat ke Halaman Asli

Value of Kindess

Diperbarui: 27 Juli 2024   09:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri.2022

Perempuan selalunya bergelut dengan perasaannya. perasaan yang kadang mendukungnya dan tidak jarang perasaan yang kadang menentangnya. perempuan dengan perasaan yang lembut dan peka. Mungkin tidak semua, tapi itu kodrat. Artinya kalaupun mereka menolak kodratnya, percayalah bahwa mereka menghadapi hari yang berat dan beban trauma yang luar biasa. Jatuh cinta itu anugrah, tidak tau dan tidak bisa memilih dengan siapa untuk jatuh dan tergila-gila. Riset bahwa manusia akan melewati 3 fase jatuh cinta. Fase cinta terberat ada pada fase kedua atau ketiga. Dimana kita akan jatuh cinta dengan orang asing yang entah dari mana asalnya. Pria antah berantah yang mungkin saja hanya bertemu sekelibat di jalan. Fase berat yang pasti akan dirasakan dan pasti akan dilalui. Beberapa orang beruntung karena mendapati kisah bahagia dan mengakhiri fase kedua tanpa air mata.

Cintaku terlalu luar biasa untuk didapatkan pria tak berperasaan sepertinya. Pria yang egois dan miskin. Aku memungutnya dari masa lalu dan air mata. Hancur karena ditinggalkan kekasihnya terdahulu menikah dengan pilihan orang tuanya. Aku iba dan tak kuat hati ketika ia mengatakan aku trauma dan tak lagi ingin menikah. Keputusanku merawatnya bukan tanpa alasan. Seseorang harus tau value dalam dirinya sehancur dan se pedih apa masa lalunya. Aku memutuskan merawat dengan tujuan untuk membantunya menemukan nilai dalam dirinya bahwa ia berharga dan baik, berhak mendapatkan kasih sayang dan berhak dicintai.

Seseorang dengan kondisi jatuh cinta sangat sulit untuk ditembus dengan logika dan ilmu. Seringkali bukan kebaikan yang tercermin tapi sebaliknya. Jatuh cinta banyak membuat orang-orang menjadi bodoh dan melakukan hal-hal konyol diluar nalar. Tapi ya begitulah cinta dengan segala noda hitamnya. Lebih dari itu, banyak kok kisah bahagia dan perubahan-perubahan positif yang menjadikan seseorang menjadi lebih baik. Jatuh cinta dan pacaran adalah dua hal yang berbeda. Sebagai manusia yang beragama wajib untuk kita menjunjung prinsip atas agama yang kita anut. Jatuh cinta selain tidak mengenal tempat, jatuh cinta juga tidak mengenal waktu dan objek. Kita bisa jatuh cinta kapanpun dan dengan siapapun tanpa mampu kita direncanakan.

Jika kamu beruntung, kamu akan bertemu dengan pria baik. Sayangnya, aku tidak beruntung seperti pemain utama dalam film-film layar lebar itu. Kebaikan dan ketulusan yang aku niatkan ternyata dimanfaatkan. Pun, aku menyadarinya setelah aku lewati luka demi luka, sakit hati, cacian dan hujatan. Semua itu tentu saja diluar rencanaku atas niat baikku menolongnya dahulu. Niatku menolong membawaku pada bencana yang menghancurkan diriku sendiri. Niat baikku untuk merawat dan menunjukkannya tentang value tidak dianggapnya sebagai bantuan. Kisah tentang kekasih yang ditinggal menikah oleh kekasihnya akan relate, betapa hancur sakit dan patahnya hati dan harapan-harapan yang selalu diobrolkan sia-sia begitu saja. Sungguh rasa sakit ini hanya akan relate untuk kalian yang menghadapi posisi yang sama. Aku bahkan tidak bisa menggambarkan bagaimana rasa sakitnya dengan kata-kata. Atau mungkin tidak ada kata-kata yang mampu mewakili hancurnya perasaan ini. Aku hanya tidak mampu mengungkapkannya.

Hari demi hari, perjalanan merawat dan membantunya menemukan nilai dalam dirinya membuatnya menilai diriku lain. Aku yang teman biasa dianggapnya berbeda. Sebenarnya terlalu singkat untuk muveon, tapi ini kabar gembira karena ia mengambil keputusan untuk tidak memperpanjang luka dan memutuskan sembuh meskipun entah apa niatnya kepadaku. Aku meyakinkannya bahwa aku hanya akan menjadi temanmu saja. Tidak sebanding dan tidak setara akan menjadi masalah dikemudian hari. Pun tidak membuatnya menyerah, aku yang diawal berniat membantunya kini berubah posisi dia yang mengejar dan meyakinkanku untuk menerimanya.

Aku senang karena dia memilihku, aku mengerti betul kondisinya hari itu beserta seluruh luka dan trauma. Aku hanya bisa percaya dari apa yang diucapkan dan melihat bagaimana besar usahanya untuk bertemu denganku dan menghabiskan waktu bersama di setiap kesempatannya. Menerimanya juga bukan hal yang sulit untukku, aku mengerti tentang konsekuensi dari menerimanya dan menjadikannya tujuannya. Tapi satu hal yang tidak aku pelajari adalah, aku tidak menyangka jika ternyata lukanya sesakit ini. Bukan seperti luka jatuh di jalan yang kemudian berdarah dan patah tulang. Luka semacam itu ada obat dan memiliki kemungkinan sembuh dan hidup normal seperti sebelumnya. Luka dari patah hati aku bayangkan sebelumnya seperti luka jatuh dari kendaraan. Ternyata aku salah, luka itu sungguh tidak meninggalkan bekas luka atau bekas apapun. Tapi sumpah demi apapun, kalau aku boleh memilihnya, aku tidak mau. Memutuskan merawat dan membantunya merupakan kesalahan yang fatal yang aku lakukan. Sungguh pria ini hanya memanfaatkan kebaikan dan ketulusanku. Lebih dari menyesal.

Terus membujuknya untuk tetap membersamai dan menemaninya, entah apa harapan dan niatnya kepadaku sedangkan ia saja kehilangan harga dirinya sebagai seorang pria dan hidup tanpa tujuan. Tapi usahanya untuk terus membujukku agar tak pergi kala itu juga berhasil, aku jelas tidak tega melihatnya harus tertatih-tatih menghadapi keluarga berserta drama-drama nya. Aku tidak tega membiarkannya hidup sendiri karena aku mengerti bahwa ia tidak memiliki siapapun selain aku untuk bercerita. Teman-teman yang selalu dia post di sosial media hanyalah teman virtual yang ia gunakan untuk menjaga eksistensinya saja. Teman sebenarnya yang selalu ada dan mau mendengarkan baik buruknya kehidupannya hanyalah aku. Satu-satunya orang yang ia jadikan sandaran dan tempat pulang untuk bercerita, dengan alasan-alasan semacam itu masihkan aku tega meninggalkannya? Bahkan aku dalam kondisi yang tidak baik-baik saja bersamanya. Hal yang konyol karena aku justru mengabaikan diriku sendiri, mengabaikan kondisiku hanya untuk membersamainya agar ia tak terluka sendiri, berharap aku masih bisa menjadi penghibur dan membuat suasana hatinya tetap baik.

Niat-niat itu seperti angin yang hanya lewat begitu saja tanpa dihargai sedikitpun. Apapun yang sudah terjadi biarlah terjadi. Aku hanya mencoba berbuat baik karena begitu perintah ajaran dalam agamaku. Aku hanya mencoba menjadi manusia yang umumnya dan normalnya ya begitu seharusnya. Saling menyayangi dan tidak menyakiti, kalaupun aku disakiti ya terserah itu haknya dan yang penting aku tidak menyakitinya. Mungkin tujuannya untuk melindungi dirinya tapi tidak sengaja menyakitiku, bisa saja begitu bukan? Aku tidak ingin menghitung kebaikan-kebaikan yang sudah aku lakukan, karena ya gabisa. Kebaikan itu kan relatif, bisa saja menurutku ini baik tapi menurutmu tidak, mungkin terjadi bukan? Disakiti dan dibuang bagaimanapun aku tidak akan menjadi sampah hanya karena tidak dihargai. Aku tidak juga mengemis maaf dan terimakasih, aku membiarkannya. Semesta dan takdir tidak pernah tidur dan salah memberi pelajaran pada setiap umatnya. Aku mendoakannya untuk terus berbahagia, agar tak perlu lagi menggangguku dan mengusik kehidupan yang sudah susah payah aku upayakan.

Sungguh pengalaman yang luar biasa menguras tenaga dan emosi, pengalaman yang memakan waktu dan biaya HAHAHAHA. Pengalaman yang pahit tentu saja, pahitnya double shot dan susu dipagi hari masih bisa aku nikmati dan tentu saja bermanfaat untuk lambung, tapi pengalaman pahit karena patah hati sungguh naudzubillah jangan sampai anak turunku memikulnya. Ada beberapa hal yang sebenarnya aku kadang masih tidak percaya kalau manusia benar-benar bisa melakukan hal jahat dan melukai orang lain. Dalam posisi ini, pria ini mendapati kekasihnya terdahulu menikah dan dia begitu hancur hingga kemudia memutuskan menjalin hubungan denganku. Berjanji menikahi dan bersama hingga tua tapi kemudian memutuskan menikah dengan wanita lain. Anehnya, dia tau betapa hancurnya ditinggal menikah lalu kenapa ia membiarkanku mengulang sakit yang dahulu ia alami? Bukankah itu konyol. Aku survive, ya tentu saja! Tapi, dihari yang berbeda wanita yang menjadi istrinya justru mencaci dan memakiku atas hal-hal yang entah apa penyebabnya? Apa yang kamu ceritakan sehingga membuat istrimu membenciku? Yang hingga hari inipun aku tidak pernah menceritakan keburukanmu? Sungguh rendah sekali pria yang aku kencani dahulu. Aku hanya tersenyum pahit mendapat cacian dan makian yang sepanjang hidupku tak pernah aku dapatkan. Aku bukan penjahat atau pembunuh, bukan pula pencuri, aku terus terusan menjadi kambing hitam dan bulan-bulanan atas emosi istrinya atas cerita yang pria ini ceritakan tentangku. Kenapa jahat sekali? Aku bahkan masih tidak bisa berfikir manusia benar-benar bisa menjilat ludahnya sendiri, manusia benar-benar melakukan kejahatan? Emang iya ya?

Merawat luka karena ditinggalkan sudah aku ihklaskan. Berbulan-bulan aku merawatnya sendiri, iya sendiri. Memulai hubungan baru dengan keadaan terluka bukanlah ide yang bagus. Aku memutuskan merawatnya sendiri, tidak perlu aku ceritakan berapa banyak air mata aku habiskan karena aku tau tidak ada yang peduli. Luka-luka itu memudar dan pulih, hingga hujatan cacian dan makian itu datang merobohkan dan menghancurkan lagi dinding tinggi yang susah payah aku bangun. Aku seorang pembelajar yang insyaallah akan melakukan hal-hal sepenuhnya dalam keadaan sadar dan tidak tidur. Berusaha menjaga 3 kalimat sakti, terimakasih, maaf dan tolong. Aku mengerti etika, aku sangat menghargainya. Tapi sungguh wanita ini tidak memiliki adab. Sepanjang hidupku aku tidak memiliki musuh, tapi ia menentangku dan mencalonkan dirinya menjadi musuhku, sehat gak sih orang-orang seperti ini? Aku terlalu baik untuk menjadi musuhmu. Logikanya aku harusnya membela diriku, tapi bukan berarti aku tidak mau membela diriku. Cacian-cacian itu terus berputar dikepalaku dan membuat i lost my words. Lidahku kelu dan shock atas cacian-cacian itu. Waow, betapa orang bisa dengan mudah mencaci padahal tak mengenalku sedikitpun. Aku juga kesal dan ingin memakinya, tapi percayalah aku tidak mampu melakukannya. Awalnya aku berfikir bahwa jenis-jenis cacian seperti ini hanya terjadi di film, tapi for real ini terjadi di kehidupan nyata. Mungkin dia terlalu banyak nonton film atau drama, tetap posisif thingking meskipun setelah di caci, tanganku tremor dan membeku karena menjadi sedingin es.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline