Lihat ke Halaman Asli

Tahu Diri dan Tahu Batas

Diperbarui: 25 Juli 2022   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dieng, 2022/Dok Pribadi

Sore ini sepertinya tidak ada senja. Kabutnya terlalu tebal. Atau aku yang menolak untuk melihatnya? Terlalu sore untuk memulai kalimat. Tapi mau kapan? Mau sampai kapan? Semuanya hanya butuh untuk dimulai dan berani. Entah hal apa yang membawa pada tulisan ini. Hanya semoga yang tersisa. Menjadi dewasa tak seindah yang dibayangkan. Khususnya untuk manusia-manusia yang tidak pro perkara.

Kami (anak muda) mungkin tidak semuanya, hanya sebagian kecil yang mungkin tidak beruntung. Kami hidup pada zaman yang kami rasa kami banyak dibuat tidak tenang dan rasanya seperti sedang diburu buru. 

Tuntutan demi tuntutan yang terselubung pada pertanyaan. Kami menyadari itu, bahwa hidup ini begitu tidak tenang dan menyakitkan. Kamipun ingin hidup dengan tenang, meskipun usia relatif muda tapi kami merasa beban ini tak seharusnya menimpa kami yang begitu belia. Bukan riset tapi ya bukan fiksi. Pahami. Seolah-olah ada seseorang yang sedang menasihati dan bertanya.

Kehidupan hari ini, semuanya adalah serba cepat. Usia kami rasanya sedang berlomba dengan kecepatan teknologi informasi dan kecanggihan kecanggihannya. 

Jangan membayangkan hal besar, bayangkan sekedar membagi informasi/announcement, tak lagi membutuhkan waktu yang lama. Satu informasi dengan informasi yang lain seolah beradu kecepatan. Kecepatan ini kami menyebutnya agar segala itu menjadi efektif dan efisien. 

Dan kami kewalahan dengan istilah yang kamu bangun sendiri. Kecepatan seolah  menjadi dewa.  Lulus tercepat, lulus termuda, sukses muda, dan cepat cepat lainnya. Bangga? Iya. Kabar buruknya adalah bahwa kecepatan ini membuat kami tidak dapat menikmati hidup hingga banyak hal terlewatkan.  Yang lebih buruk adalah ilmu yang di dapat menjadi dangkal.

Maka penting untuk diingat, belajar untuk sabar. Kesabaran untuk mengendalikan proses, sabar mengendalikan langkah demi langkah. Menikmati proses pada hidup itupun penting untuk dipertimbangkan. Bisa jadi ini merupakan anugrah  untuk kami yang hidup pada era dengan ritme yang serba cepat ini yang mungkin berbeda dengan kehidupan pada masa orang tua kita. 

Tugas kami untuk bermuhasabah, mentadabburi ritme yang begitu cepat ini terhadap apa-apa yang sedang kami kerjakan, sedang kami kejar agar ilmu yang kami dapat tidak dangkal sepermukaan. 

Sehingga tidak banyak hal-hal yang penting terlewatkan begitu saja. Dan berakhir pada tidak menikmati hidup dan kurang  bersyukur. Untuk mengendalikan hidup ini, kita harus memiliki kendali penuh dengan rem  yang pakem.

Tak jarang, dengan  hidup yang serba cepat, serba canggih kita lupa tujuan. Dengan mobil mewah ini untuk apa? Dengan hp canggih ini untuk apa? Jabatan  tinggi untuk apa? Gelar hebat untuk apa? Mahatma Gandi mengatakan bahwa teknologi yang diciptakan manusia ini canggih tapi tidak humanistik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline