“Sabtu depan Bunda izin dulu ya Nak. Bunda mau ada acara penting dulu.”
Itu adalah sebaris kalimat yang saya ucapkan untuk kedua anak saya. Seminggu sebelum acara Kompasiana Blogshop dan Roadhow Film Negeri 5 Menara berlangsung, saya sudah mengajukan permohonan ‘cuti sehari’ kepada mereka. Biasanya hari Sabtu saya libur dari kantor dan menemani week-end mereka, tetapi kali itu saya harus absen dulu.
Nama besar Ahmad Fuadi dan Negeri 5 Menara-nya membuat saya antusias mengikuti acara tersebut. Ingatan saya melayang pada blog pribadi di kompasiana dan blogspot yang sudah lama tak tersentuh. Sungguh, terlalu lama saya ‘tersesat’ alias malas menulis. Dengan mengikuti acara ini saya berharap bisa mendapat suntikan motivasi untuk ‘kembali lagi ke jalan yang benar’, yaitu mulai menulis lagi. Walaupun sudah ibu-ibu, tapi saya tak ingin kalah dari mereka yang masih ‘muda’.
Khawatir tak mendapat tempat, saya pun mendaftarkan diri jauh-jauh hari.Ya, pastilah acara ini banyak diminati. Menghadirkan pembicara novelis terkenal Ahmad Fuadi, juga dedengkot kompasiana Pepih Nugraha dan Iskandar Z, siapa yang mau melewatkan begitu saja pengalaman bertemu dan menimba ilmu dari beliau-beliau di blogshop ini? Belum lagi iming-iming hadiah gadget canggih dari live- tweet dan reportase blogshop; siapa yang tidak ngiler? Nah kan, acara Kompasiana Blogshop yang disponsori oleh iB (Islamic Banking) Perbankan Syariah Bank Indonesia ini memang terlalu keren untuk dilewatkan.
Lima hari sebelum acara blogshop, saya mendapat konfirmasi e-mail dari panitia blogshop yang menginformasikan bahwa acara akan dimulai pukul 9 pagi. Lebih awal satu jam dari jadwal semula, yaitu Sabtu tanggal 31 Maret pukul 10 pagi.
Maka sejak Jumat malam saya sudah mempersiapkan diri. Mengisi penuh baterai laptop dan mengeset alarm lebih pagi daripada biasanya. Berharap pekerjaan domestik selesai lebih awal dan saya bisa mengikuti acara dengan tenang.
Sebetulnya sempat ada keraguan apakah saya bisa mengikuti Blogshop Kompasiana Sabtu itu. Demo anti BBM yang marak beberapa hari menjelang hari H sempat menimbulkan kekhawatiran apakah saya ‘berani’ menuju lokasi blogshop dengan naik motor sendirian. Apalagi pagi sebelumnya seorang teman bercerita ‘penderitaan’nya terkena sisa-sisa gas air mata di jalan yang dilewatinya. Wah, sebegitu dahsyatnya kah?
Tetapi bayangan segudang ilmu dan pengalaman baru menepiskan keraguan saya. Maka Sabtu pagi – tanpa tahu bahwa malam sebelumnya Pemerintah memutuskan untuk menunda kenaikan harga BBM – saya melaju di atas motor menuju Gedung Bank Indonesia, tempat blogshop diadakan.
Tiba di lokasi, saya melihat sudah banyak peserta yang datang. Mayoritas masih muda-muda. Benar saja, sebagian besar peserta blogshop adalah mahasiswa. Tapi tak ada istilah tua atau terlambat untuk menuntut ilmu. Saya pun melangkah bergabungbersama peserta lain dengan penuh percaya diri.
Sebelum memasuki ruangan blogshop, peserta diminta mengisi daftar hadir dan menandatangani banner kompasiana. Setelahnya panitia mebagikan goodie bag berlogo Kompas.com. Di dalamnya terdapat t-shirt, blocknote, dan gantungan id-card yang semuanya keren. Ketika berniat memfoto suasana di sekitar lokasi, barulah saya sadar bahwa saya lupa membawa kamera. Ah, sayang sekali.
Di dalam ruangan, peserta duduk dalam kelompok-kelompok yang mengelilingi meja-meja bundar. Saya duduk bersebelahan dengan seorang teman -- yang juga ibu-ibu -- yang khusus datang jauh-jauhdari Palopo untuk mengikuti acara blogshop ini. Seperti saya, dia juga sempat mengkhawatirkan demo mahasiswa Makassar yang sampai satu hari sebelumnya masih heboh. Tapi seperti saya pula, semangatnya menuntut ilmu mengalahkan segala keraguan.
“Dari kemarin saya membatin, jangan sampai perjalanan delapan jam saya dari Palopo sia-sia gara-gara demo,” ujarnya.
Alhamdulillah yang dikhawatirkan tidak terjadi, dan Sabtu itu acara yang kami nanti-nanti akan segera dimulai.
[caption id="attachment_169340" align="aligncenter" width="300" caption="suasana di salah satu meja :)"][/caption]
Sapaan MC yang energik membuka acara. Di awal acara, Mas MC menerangkan bahwa acara yang disponsori oleh iB Perbankan Syariah bank Indonesia ini akan banyak membagikan hadiah. Di antaranya adalah lomba reportase event dan lomba live-tweet. Lomba live-tweet acara akan memperebutkan hadiah Samsung Galaxy Y, dengan hashtag #blogshopN5M. Tak lama, timeline @kompasiana segera ramai dengan kicauan peserta blogshop, melaporkan langsung jalannya acara dari Gedung BI Lantai 4 - Makassar.
Tanpa banyak basa-basi, sesi pertama pun dimulai, dengan menghadirkan Mas Iskadarjet (Iskandar Zulkarnain) sebagai pembicara. “Bukan Tulisan Apa Adanya”, itulah judul presentasi beliau. Menurut Mas Iskandar, untuk menghasilkan tulisan yang tidak sekedar apa adanya, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) paling dikuasai (bukan sekedar disukai), (2) paling pertama tahu, dan (3) punya kemasan baru (novelty).
Mas Iskandar juga memaparkan pentingnya sebuah proses kreatif dalam menulis. Kreatif, berarti tidak menjiplak. Kreatif, seyogianya menghasilkan sesuatu yang baru.
Lalu dari mana kita mendapatkan ide untuk tulisan kita? Ada banyak sumber, kata Mas Iskandar. Bisa dari hasil membaca koran / berita, membaca buku dan majalah, menonton tivi, mendengar radio, atau menonton film. Ide juga bisa didapat dari perjalanan / traveling kita, dan pengalaman pribadi lainnya. Kesemuanya itu bisa diolah menjadi sebuah tulisan yang menarik.
Setelah acara tanya-jawab dengan Mas Iskandar, sesi pertama ditutup dengan ‘bagi-bagi hadiah’ alias kuis. Dua orang kompasianers berhasil memenangkan tiket nonton di bioskop setelah menjawab dengan tepat pertanyaan yang diberikan oleh Mas Iskandar.
Pemateri kedua adalah Kang Pepih Nugraha. Pendiri kompasiana.com ini membuka sesinya dengan bercerita bahwa Kota Makassar merupakan kota kedua baginya. Rupanya beliau pernah tinggal di Makassar dan banyak mengetahui hal-hal tentang Makassar.
Materi yang dibawakan Kang Pepih adalah “Naratif”. Di sini beliau berbagi kiat tentang bagaimana menuliskan sebuah narasi yang baik dan menarik pembaca. Menurut Kang Pepih, sebuah tulisan yang baik harus memiliki konflik, walaupun hanya konflik batin penulisnya.
[caption id="attachment_169342" align="aligncenter" width="300" caption="kang pepih asyik membawakan materi"]
[/caption]
Dengan gaya santai, Kang Pepih juga memaparkan bagaimana kita membangun plot, karakter dan setting dalam tulisan. Mengenai plot yang menarik, beliau memberikan contoh film “The Curious case of Benjamin Button”. Kang Pepih juga menggunakan referensi dari beberapa penulis lainnya, seperti Ahmad Tohari dan Seno Gumira Ajidarma dalam pemaparan presentasinya.
Kalimat pembuka dalam sebuah tulisan juga penting. Dalam presentasinya Kang Pepih memberikan beberapa contoh kalimat pembuka yang eye catching dan menarik minat pembaca untuk membaca lebih lanjut.
Bagaimana jika kita menemukan kesulitan dalam menulis? Jika memang demikian, kata Kang Pepih, “Mulailah menulis. Di mana saja. Di blog, diary, di mana saja.”
Di penghujung pemaparannya Kang Pepih memberikan sebuah ‘petuah’ bahwa kita harus lebihbanyak memperkaya diri dengan pengalaman, supaya kita bisa menceritakan / menuliskan banyak hal.
Setelah ishoma, sambil menunggu sesi ketiga, diadakan game. Antusiasme peserta plus MC yang kocak semakin memeriahkan suasana. Para pemenang game ini beruntung mendapatkan tiket nonton film gratis.
[caption id="attachment_169347" align="aligncenter" width="300" caption="berfoto di depan backdrop saat ishoma :)"]
[/caption]
Lalu tibalah sesi yang menampilkan penulis novel best seller Negeri 5 Menara yang kemudian diangkat menjadi sebuah film. Yup, dialah Bang Ahmad Fuadi. Tampil fresh dengan kemeja kotak-kotaknya, novelis ini membuka sesi dengan menayangkan video tentang “bagaimana pengaruh menulis terhadap kehidupan kita”.
Di slide show video terpampang foto-foto Bang Ahmad Fuadi dengan berbagai gaya dan setting, di berbagai belahan dunia. Ya, itulah beberapa di antara ‘pencapaian’ beliau yang diperolehnya dengan ‘hanya’ menulis. Sungguh fantastis!
Menurut Bang Ahmad Fuadi, “Dengan menulis, ada banyak kesempatan yang dimudahkan.” Setiap kita memiliki impian, dan, masih menurut bang Ahmad Fuadi, “Salah satu cara untuk membela impian adalah dengan menulis.” Ya, dengan menulis, beliau bisa mendapatkan beasiswa, bisa membuat film, bisa jalan-jalan ke manca negara alias traveling around the world. Mantap!
Satu hal menarik yang diucapkan penulis best seller ini: “Kata lebih hebat daripada peluru”. Mengapa? Karena tulisan bisa menembus lebih banyak kepala dibandingkan peluru yang hanya bisa menembus satu kepala. Wow!
Dalam presentasinya yang berjudul “Menulis: Inspirasi dari Kisah Nyata”, Bang Ahmad Fuadi membeberkan proses menulisnya. Ada empat kata kunci yang diusungnya, yaitu: Why, What, How, dan When.
Why – mengapa menulis. Dengan menanyakan ke diri sendiri, mengapa kita menulis, maka itu akan bisa menjadi suntikan stamina yang tak putus ketika kita mulai tak semangat menulis. Di sini Bang Ahmad Fuadi menceritakan bahwa hadits nabi yang diajarkan oleh ustadz di Gontor begitu menginspirasinya, yaitu: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
What – apa yang kita tuliskan. Kenal, familiar, peduli, dan tahu, adalah kata-kata kunci yang akan memudahkan kita dalam menulis. Bang Ahmad Fuadi mengistilahkannya sebagai “obat kuat dalam menulis”.
How – Bagaimana kita menulis. Pada bagian ini Bang Ahmad Fuadi menceritakan kebiasaannya menulis diary dan korespondensi (surat menyurat) yang sangat membantu dalam proses menulis novelnya. Satu hal yang membuat salut adalah kerapiannya menginventarisir diary dan surat-surat itu. Rupanya beliau menuruninya dari sang ibu. Ketika Ahmad Fuadi pulang ke kampung halaman untuk menggarap novelnya, sang ibu menyerahkan setumpuk surat-surat dari novelis tersebut, lengkap dan diberi nomor dari surat pertama. Di bagian ‘How’ ini pula, Bang Ahmad Fuadi menegaskan perlunya sebuah riset dalam menghasilkan sebuah tulisan.
When – kapan menulis. Bang Ahmad Fuadi menganjurkan, “Jangan menunggu mood untuk menulis.” Ya, menulis bisa dilakukan kapan saja, tetapi sebaiknya konsisten. “Cicil setiap hari. Satu halaman, setengah halaman, atau cuma seperempat halaman setiap hari. You decide. Sedikit-sedikit lama-lama jadi buku,” ujar Bang Ahmad Fuadi.
Sebelum mengakhiri materinya, Bang Ahmad Fuadi memutarkan cuplikan film Negeri 5 Menara. Iringan lagu “Man Jadda Wajada”-nya Yovie & Nuno yang nge-beat makin membangkitkan motivasi para peserta, tak terkecuali saya.
Pada sesi ini, dua peserta blogshop diberi kesempatan untuk bertanya kepada Bang Ahmad Fuadi, dan mendapatkan bingkisan dari sponsor. Salah satunya adalah seorang guru yang jauh-jauh datang dari Ambon. Betul-betul hebat daya tarik Blogshop Kompasiana ini!
Acara ditutup dengan ucapan terimakasih dari perwakilan iB Bank Indonesia Makassar dan foto bersama peserta blogshop dan pemateri. Dengan mengepalkan tangan ke udara sembari berseru “Man jadda wajada!”, foto bersama berlangsung meriah.
[caption id="attachment_169346" align="aligncenter" width="300" caption="sesi foto bersama. seruuuu..!!"]
[/caption]
Walaupun acara sudah officially selesai, para peserta masih belum sepenuhnya meninggalkan tempat. Para peserta – termasuk saya – tak melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tanda tangan dan foto bersama Bang Ahmad Fuadi.
Setelah berhasil berfoto dengan Bang Ahmad Fuadi (menggunakan kamera teman), saya pun pulang dengan perasaan bahagia. Acara Blogshop Kompasiana telah memberikan suntikan energi dan motivasi baru bagi saya. Walaupun tak menang di games dan lomba live-tweet, tapi banyak yang saya dapatkan. Ilmu menulis langsung dari suhunya, dan lebih penting lagi adalah motivasi untuk menulis lagi. Seperti kata Bang Ahmad Fuadi, “Tak perlu menunggu menjadi hebat untuk bisa menulis. Setiap pribadi adalah unik, dan bisa menghasilkan ‘novel’-nya sendiri.”
Terimakasih Kompasiana dan iB Perbankan Syariah BI.
* foto-foto oleh: Aisyah Fad
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H