Lihat ke Halaman Asli

Di Terik Hari

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sekumpulan Ojek nyengir dengan mata yang dipicingkan. Cahaya membuat mereka tampak aneh. Lari mereka memburu angkot yang mendekat, ”okjek, Teh, Pa, Bu, A…”. Tak satu pun yang turun berminat. Nampak keluhannya.

Sepajang perjalanan saya mengobrol dengan Kang Supir. ”muatan semakin sepi. Kredit motor sih makin gampang...”. Kalo dia tau caranya, mungkin dia akan datang ke pihak yang berwenang untuk mencurahkan keluhannya. Itu pun jika ada keberanian dan tidak berkecil hati.

Saya menanggapinya dengan mengangguk-angguk dan ”heem”. Setelah menyeru-nyerukan menawari siapa saja yang mungkin perlukan tumpangan, ia menambahi ceritanya, ”kalo anak sekolahan ga bawa motor sendiri, mungkin rada lumayan, ga sepi begini. Belum lagi yang di jemput, yang nebeng ke temannya, yang sama pacarnya”.

Pikiranku melayang memanjakan lamunan, "hhh...subang pun begini, apa lagi...." Tak tau apa yang mesti ku katakan untuk menanggapinya. Lama kami saling diam. Suasana sepi. Hingga saya turun, tak ada lagi penumpang kecuali saya.

(untuk Kang Supir Angkot baru aku kenal, dan belum tau namanya)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline