Lihat ke Halaman Asli

Bangun Heroik Bangsa untuk Daerah 3T!

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Korea mewajibkan pemuda mengikuti wajib militer untuk membela negara sedangkan kita hanya bisa mengutuk dan meratap saat berurusan sengketa perbatasan dengan Malaysia.

Tragedi Winda Yulia dan Geugeut Zaludiosanusa Annafi saat menjalani tugas Sarjana Mendidik Terdepan Terluar Tertinggal (SM3T) tidak sepatutnya membuat para pemuda mundur. Tetapi justru menjadi preseden yang tepat bagi pemerintah dan masyarakat untuk membangun semangat heroik untuk membangun daerah 3T.

Kita perlu belajar dari bagaimana ketangguhan Medina Kamil bertahan hidup saat hilang lima hari turut dibangun dengan pelatihan beberapa minggu yang ia peroleh saat proses seleksi di Pusdikpassus (Pusat Pendidikan Korps Pasukan Khusus).

Kita juga perlu belajar ke bangsa Jepang bagaimana mereka berhasil membangun sistem sekolah negeri dengan kualitas yang bagus tidak peduli dimanapun letaknya sehingga siswa-siswi pelajar tidak perlu berebut mendaftar ke sekolah favorit. Jepang bisa menerapkan kebijakan siswa-siswi SD tidak boleh sekolah jauh dari rumah sehingga siswa hanya boleh berangkat sekolah dengan jalan kaki atau bersepeda. Mereka berhasil membangun generasi muda yang sehat dan kuat.

Kita belum sanggup mewajibkan setiap pemuda untuk mengikuti wajib militer. Tetapi sepatutnya pemerintah membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para pemuda untuk mengikuti pendidikan militer dan dilanjutkan dengan pengabdian ke daerah 3T.

Membuka kesempatan seluas-luasnya tentu saja diiringi dengan fasilitas dan penghargaan yang layak, sehingga para pemuda Indonesia berlomba-lomba untuk turut terlibat membangun Indonesia tidak hanya di daerah 3T tetapi di seluruh daerah Indonesia yang terdiri atas 33 Provinsi, 497 Kota/Kab, dan 13.487 pulau.

Semoga segala perjuangan Winda dan Geugeut tidak sia-sia!

Catatan : saat tulisan ini dibuat, Winda dan Geugeut belum ditemukan. Doa dan harapan kami bagi mereka..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline