Tiga setengah tahun yang lalu, Indonesia dihentakkan dengan berita mengenai David Hartanto, mantan peserta International Mathematical Olympiad 2005.
Setahun yang lalu, kita kembali dikejutkan dengan berita terbunuhnya Christoper Melky Tanujaya, peraih medali Perak Olimpiade Sains Nasional.
Memang prestasi Winda Yulia tidak secemerlang mereka berdua. Ia pernah meraih Honoroble Mention ON MIPA 2011, juara 3 MaGDay, lomba yang diselenggarakan oleh Matematika ITB, 2011, dan peserta terbaik ketiga OSN Pertamina 2011 tingkat Provinsi Jawa Barat meskipun hanya punya waktu semalam untuk menyusun makalah sementara peserta lainnya punya waktu seminggu. Ia juga lulus dengan IPK hampir 4.0, semua nilainya A kecuali satu mata kuliah.
Sebagai seseorang yang pernah mengajar David Hartanto dan Winda Yulia, saya merasa tragedi yang dialami oleh Winda dua hari yang lalu di Sungai Tamiang, Aceh tidak sepatutnya luput dari pemberitaan nasional.
http://isolapos.com/2012/11/alumni-upi-peserta-sm3t-belum-ditemukan/
http://aceh.tribunnews.com/2012/11/28/boat-guru-terbalik
Winda tidak hanya pintar untuk dirinya sendiri, tetapi ia mengabdi bagi negara dengan menandatangani kontrak program Sarjana Mendidik Terdepan Terluar Tertinggal (SM3T) di Aceh dan siap mencetak generasi bangsa yang tangguh.
Apakah seluruh pengorbanan Winda, Geugeut, dan bahkan ratusan, ribuan guru di berbagai 3T daerah lainnya akan terabaikan begitu saja? Sepatutnya kita sebagai bangsa yang besar berkaca dari tragedi ini dan menjadikannya inspirasi untuk melakukan hal nyata melakukan pembangunan bagi daerah-daerah Terdepan Terluar Tertinggal di Indonesia.
Hingga detik ini, kami masih berdoa dan berharap semoga ada keajaiban bagi Winda, Geuget, dan penumpang lainnya yang hanyut..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H