Lihat ke Halaman Asli

Susu Terakhir

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Imlek tahun ini serasa beda

Sejuta tawa berkurang satu

Turut rasakan pedih seonggok tubuh menahan sakit

Berwarna merah tersemai ramai dari luka yang belum kering

Bibir jalan yang ramai kini acungkan jari untuk ikut menjadi saksi.

Botol susu ini adalah yang terakhir

Hantarkan ku terbang tinggi keawan

melukis mimpi yang belum sempat ku ukir bingkainya dengan indah.

Rasa hari ini seakan bisu

Syukurlah…..Bukan siapa-siapa yang rasa

Biar  aku saja.

Suatu saat nanti, khan ku ceritakan bagaimana rasa itu melalui kepulan asap dupa

Pabila ada yang dapat hentikan waktu yang kini tengah bicara.

Sampai kapan tempat ini penuh dengan lara

Lara yang diam..lara yang terus menerus sempurna

Yang menjemput impian makhluk fana pada akhirnya.

Seribu tawa terhenti hari ini

Seribu bunga mengumbar senyum hari ini

Seribu tangis tercurah tanpa ingin berhenti

Seribu rupa bercarut marut menatap nyatanya dunia

Syukurlah,

Aku masih mendapat setetes susu basahi bibir

Dahaga ku seakan sembuh..tapi itu tak mungkin

Tapi, syukurlah aku masih dapat setetes

Rasanya manis

Aku baru sadar pada hari ini kalau susu ini manis

Walau untuk yang terakhir kalinya

Walau Cuma hanya setetes

Syukurlah,

* Didedikasikan untuk para korban tabrakan Xenia jagal. Selamat jalan. Selamat beristirahat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline