Lihat ke Halaman Asli

Umar Oemardi

Peminat Sosial Budaya

Manajemen Stres Pejuang Covid-19

Diperbarui: 27 Maret 2020   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petugas medis bersiap di ruang perawatan Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). (Foto: ANTARA FOTO/Kompas/Heru Sri Kumoro/Pool/aww)

Ada beragam cara orang menjalani pembatasan sosial. Saya mengikuti nasehat dokter yang menganjurkan olah raga sebagai upaya penguatan immun tubuh. Saya rajin bersepada dalam masa pembatasan sosial ini. 

Akibat dari perubahan jam terbang yang tiba tiba meningkat, sepeda butut saya rusak. Pedal pengayuhnya longgar dan berbunyi setiap kali mengalami tekanan. Tentu saja bising dan tidak nyaman. Saya membawanya ke bengkel Pak Doel—satu-satunya-- bengkel sepeda di desa saya. 

Pak Doel menyapa semua pelanggannya dengan ramah. Seperti biasa saya mengulurkan tangan untuk salaman tapi Pak Doel mengejutkan saya dengan suaranya yang agak sedikit tinggi “Eit...jaga jarak!” pekiknya sambil tersenyum dan menampakkan tangannya yang belepotan oli karena baru saja menyambung rantai sepeda yang putus. Kamipun tertawa terkekeh.

Penolakan halus bersalaman dari Pak Doel kemudian menggiring kami berdiskusi tentang Covid19. Sambil menunggu Pak Doel bekerja kami saling berbagi cerita. Tentu saja saya yang hanya duduk duduk saja lebih mendominasi pembicaraan.Kami berbagi kisah lucu, jahatnya hoax, kemarahan, kebingungan, kisah sedih dan heroisme pahlawan medis dalam melawan Covid19. 

Tiba tiba saja Pak Doel menjadi tempat curhat saya. Beberapa kali Pak Doel melihat saya dengan tatapan yang serius. Sampai akhirnya beliau berucap “Dik, dalam suasana seperti ini kita tidak boleh stres. Stres malah bisa membuat kita sakit” ujarnya dengan nada seperti seorang kiyai yang sedang berceramah. 

Saya mendadak terdiam. Tatapan mata saya kosong ke arah Pak Doel, cortex saya tersengat, membenarkan pernyataan Pak Doel.

Manajemen Stres

Pak Doel mengingatkan saya tentang salah satu strategi respon bencana yang super penting tapi sering terlupakan. Itulah dia, manajemen stres. Kenapa? Karena stres itu inheren dalam setiap bencana. 

Dalam kajian Manajemen Bencana, manajemen stres adalah bagian dari strategi dari respon bencana, baik internal maupun eksternal. 

Secara internal, organisasi yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap respon bencana harus memiliki strategi bagaimana mengelola keadaan stress yang berpotensi dialami oleh para staff akibat bersentuhan langsung dengan situasi bencana. 

Oleh karena itu, organisasi dan lembaga yang berpengalaman dalam respon bencana, seperti PBB dan LSM internasional  harus selalu memastikan bahwa staff yang terlibat dalam respon bencana, terutama yang penugasan lebih dari tiga bulan, mendapatkan pelatihan manajemen stress agar staff memiliki pengetahuan dan skill untuk mampu mengelola stress akibat berhadapan dengan situasi extrem di lapangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline