Munculnya Ahok dalam kancah perpolitikan Indonesia sudah menjadi sesuatu yang berbeda. Minoritas, non muslim, dan arogan terhadap maling berdasi menjadi ciri khas dari seorang Ahok, itu yang sering didengungkan beberapa media tanah air. Ya bisa dipastikan ucapan keras Ahok menjadi tamparan keras bagi mereka yang sudah terbiasa mnggerogoti APBD DKI dengan anggaran yang di luar batas kewajaran dan di luar kebutuhan. Ambil contoh kasus UPS yang pengadaannya bisa mencapai 6 miliar per unit dan beberapa sekolah dipaksa memakai walau tidak membutuhkannya. Sebuah korupsi masif yang terstruktur dari para mafia anggaran yang sudah bercokol sangat kuat di dalam Negeri ini.
Sepenggal kisah sederhana dari Ahok inilah yang akhirnya muncul gerakan-gerakan relawan untuk terus bisa memoerjuangkan agar Ahok bisa kembali maju menjadi kandidat calon gubernur DKI periode berikutnya. Sampai akhirnya muncul dukungan yang serius dari generasi muda dengan mengusung sebuah gerakan kumpulkan KTP sebagai syarat Independen supaya Ahok bisa ikut karena rumitnya birokrasi Partai Politik yang ada. Ya mereka mengatasnamakan gerekannya dengan sebutan Teman Ahok yang di mana bisa diihat perkembangannya pada www.temanahok.com atau facebooknya dalam https://www.facebook.com/temanahok/. Relawan muda ini tidak main-main, mereka serius memperjuangkan apa yang mereka yakini baik. Mereka sedang membangkitkan semangat generasi muda untuk kembali mengukir sejarah bangsa. Mereka sedang berjuang dengan tulus untuk Jakarta yang lebih baik. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa.
Dan saya lihat di TV respon masyarakat begitu luar biasa, rela mengantri, rela derdesak-desakkan, rela "membuang" waktu, rela melakukan banyak hal demi seorang AHok untuk Jakarta baru. "Aroma" seperti ini pernah tercium pada saat PDIP menjadi partai pemenang pemilu pada jaman Megawati dan Jokowi di 2014 kemarin. Gerakan masa yang tidak bisa dibendung lagi untuk melakukan sebuah gerakan yang bisa saja mengukir sejarah baru. Sepertinya rakyat tidak bosan dengan kegerakan seperti ini walau Megawati tidak seberapa menggembirakan rakyat. Sepertinya ini yang diingikan rakyat, Tokoh menjadi pementu bukan partai politik. partai politik bisa silih berganti siapa yang menjadi pemenang, tapi rakyat sebenarnya sedang melihat tokoh. Oh ya, SBY juga bisa disebut sebagai kekuatan ini walau akhirnya menjadi pesakitan di priode kedua dengan banyaknya kader demokrat yang menjadi koruptor berjemaah.
Keputusan Ahok sebagai calon independen bisa menjadi sebuah sejarah baru bagi Negeri ini nantinya, apalagi diimbangi dengan kinerja yang lebih baik dari periode pertama sebagai pengganti Jokowi yang "naik pangkat" sebagai Presiden. Selain bisa saja menjadi perubah pola pikir rakyat akan partai politik, juga menampar keras partai politik yang gagal dalam kaderisasi. Kegagalan partai politik yang bisa saja menjadi daya magic bagi calon independen di beberapa daerah. Kemungkinan ini bisa terjadi bukan?
Tentunya pemilu DKI kali ini akan meninggalkan kisah seru dan menarik untuk disimak. Relawan tanpa dibayar, yang akhirnya membuat banyak tokoh bergabung, ketakutan akan kekuatan independen, dan kicuaan lawan-lawan Ahok yang belum juga jelas siapa gerangan yang akan "bertarung" di pemilu, dan kisah minoritas, kafir, dan orang non muslim pertama di gubernur DKI.
Dan tentunya tulisan ini bukan kampanye, toh saya bukan warga DKI. Saya warga Banyuwangi yang iri sama DKI punya pemimpin yang berani melawan DPRD. Bagi saya seorang pemimpin daerah atau Negara di Indonesia dikatan baik bila berani menyinggung DPR/DPRD sebai sarang mafia anggaran.
Salam Indenden,
Laskar Banyuwangi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H