"Too good to be true!" pikir saya ketika mendengar kabar gembira dari mereka yang mendapatkan kesembuhan hanya dengan memaafkan. Tapi kenyataan tak terbantahkan, dunia kesehatan pun menyatakan bahwa 90% penyakit fisik berasal dari faktor psikis.
Tanpa perlu beribet-ribet ria dengan analisa ilmiah, kita bisa mengecek sendiri apa yang terjadi dalam tubuh ini ketika kita menahan sebuah emosi, karena penelitian menyebutkan bahwa emosi tertentu akan memengaruhi bagian tertentu dari tubuh kita.
Coba saja cek ketika kita mengingat peristiwa yang membuat kita marah atau sedih, pasti ada sensasi tidak nyaman di bagian tertentu dari tubuh. Kebanyakan merasakan sesak di dada, atau sakit kepala, tapi sebenarnya tidak terbatas area-area itu saja, karena ada juga yang merasakannya di perut, kaki, atau punggung dan pinggang.
Uniknya kemarahan dan kesedihan sebenarnya hanya butuh satu obat saja yaitu "memaafkan". Dan meskipun hingga hari ini saya belum sepenuhnya percaya itu bisa terjadi, tapi fakta membuktikan banyak yang meraih kesembuhan hanya dengan memaafkan setelah bertahun-tahun lamanya menderita penyakit yang bahkan di dunia kedokteran saja dinyatakan tak bisa disembuhkan.
Saya sendiri pernah menderita maag kronis yang menahun. Efeknya bukan saja rasa kembung, tapi saya juga sering pusing. Bahkan bersujud dalam sholat pun menjadi gerakan yang menyiksa akibat rasa pusing di kepala. Tetapi ketika saya mengenal dunia terapi emosi dua tahun yang lalu, ketika saya melepaskan segala kemarahan serta belajar untuk memaafkan orang-orang yang menyakit saya, secara ajaib maag saya hilang dan sampai sekarang belum pernah kambuh lagi. Alhamdulillah ya :)
Saya jadi teringat nasihat agama yang mengatakan, "Tidak ada penyakit yang tak ada obatnya kecuali maut". Nah, bukankah ini suatu indikasi bahwa selalu ada harapan bagi mereka yang penyakitnya dinyatakan sulit untuk disembuhkan? Dan obatnya tidak selalu harus berbentuk pil, serum, atau pun operasi, karena sumber obat itu sudah ada dalam diri, seperti yang diserukan Ali bin Abi Thalib r.a. : " Obatmu ada pada Dirimu, tetapi tidak kamu sadari. Penyakitmu datang dari Dirimu, tetapi Kamu tidak waspadai. Kamu menganggap Dirimu suatu bentuk yang kecil, padahal pada Dirimu terkumpul seluruh Alam Raya ".
Jadi, sebelum menghabiskan biaya jutaan demi membeli obat yang belum tentu menyembuhkan, akan lebih baik jika kita cek terlebih dahulu ke dalam diri, terutama emosi yang ada di balik penyakit tersebut.
Berdasarkan pengamatan di lapangan selama dua tahun bergabung di Emotional Healing Indonesia, kebanyakan mereka yang menderita penyakit mematikan seperti kanker, stroke, diabetes, dan penyakit jantung, ternyata terbukti memiliki kemarahan yang dipendam bertahun-tahun lamanya dan sulit untuk memaafkan. Ironisnya, kebanyakan tidak menyadarinya karena sudah lupa, atau merasa sudah memaafkan. Tapi akhirnya mereka mengakui bahwa mereka belum memaafkan, melainkan berusaha melupakan, karena kejadiannya terlalu menyakitkan jika dimunculkan kembali dalam ingatan.
Suatu penyakit belum tentu ujian atau hukuman Tuhan, belum tentu pula karena salah pola makan, ataupun karena penyakit turunan. Introspeksi diri akan sangat membantu proses penyembuhan, terutama jika kita ternyata termasuk orang yang sulit untuk memaafkan. Itulah sebabnya kenapa Tuhan memerintahkan kita untuk menjadi orang yang mau memaafkan.
Wallahualam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H