Lihat ke Halaman Asli

Ujung-ujungnya Duit

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Factor ekonomi merupakan pangkal dari semua permasalahan di dunia ini. Hal ini dapat dimengerti karena sifat dasar manusia yang serakah ingin meperoleh kekayaan dan kepuasan duniawi yang setinggi tingginya. Berbagai macam cara dilakukan untuk memperolehnya.

Dalam konteks negara, suatu negara akan melakukan apapun demi mensukseskan apa yang menjadi tujuannya. Pendapatan yang besar untuk membangun infrasturktur dan pemenuhan kebutuhan masyarakatnya. Negara- negara bersengketa atas suatu wilayah kekuasaan yang mengandung sumber daya alam. Walaupun wilayah itu katakanlah hanya beberapa hektar atau bahkan beberapa meter namun jika di dalamnya ditemukan sumber daya yang besar, maka bukan tidak mungkin sengketa ini akan berakhir dengan konflik kekerasan.

Persekutuan negara yang berada di belakang konflik ini bertujuan untuk memperoleh bagian dari sumber daya tersebut jika saja negara yang didukung itu memenangkan konflik. Seperti yang terjadi ketika bangsa Indonesia ini dijajah oleh Belanda. Yang menjadi incaran Belanda saat itu adalah rempah- rempah yang tumbuh subur di tanah kita ini. Rempah- rempah merupakan komoditi yang bernilai tinggi di Eropa. Itulah sebabnya Belanda mati- matian ingin berkuasa kembali atas Indonesia walaupun Indonesia telah merdeka.

Penjajahan dengan kekerasan seperti ini sudah tidak bisa dibenarkan dalam kehidupan masa kini. Maka muncullah penjajahan- penjajahan model baru yang memanfaatkan tekhnologi sebagai alat untuk menguasai. Seperti televise yang menyuguhkan kehidupan ala barat yang dijadikan trend bagi generasi muda, sehingga mereka terpengaruh pola pikirnya seperti apa kemauan barat. Dan jika sudah begini akan mudah bagi pihak barat untuk masuk.

Masuknya pengaruh- pengaruh asing ke dalam pemerintahan yang berkuasa contohnya. Pihak-pihak asing yang menguasai tokoh- tokoh negara dapat menjadikan mereka sebagai alat untuk memperlancar jalur bisnis mereka di negara kita. Kekuasaan politik dijanjikan negara berpengaruh seperti AS untuk memanjakan pemerintah Indonesia dengan imbalan nantinya mereka membuat kebijakan yang membawa keuntungan bagi AS. Hal seperti ini sudah bukan rahasia lagi bagi masyarakat.

Masih kita ingat bagaimana AS membombardir Irak dengan dalih menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein yang dituduh sebagai penjahat perang. Padahal di balik itu semua AS mengincar keberadaan sumber minyak yg dimiliki Irak. Kini Irak menjadi negara boneka bentukan AS yang seluruh keputusannya merupakan kepanjangan tangan dari AS.

Contoh lain adalah dukungan AS, Jepang, dan China terhadap Calon Presiden. AS menginginkan perpanjangan kontrak atas PT. Freeport. Kita tau perusahaan ini memiliki aset yang sangat besar. Sumber daya alam terutama emas kita yang ada di Papua dieksploitasi besar- besaran dan diangkut ke AS. Apa yang kita dapat? Nol besar! Kemudian Jepang, negara matahari terbit ini menginginkan penguasaan atas pemasaran industri automotif. Sebagai buktinya, kita dapat melihat mobil dinas pejabat tinggi negeri ini seluruhnya mobil Jepang. Padahal dulu mereka mengendarai mobil- mobil produk Eropa. Dan kita juga tidak dapat lagi menghitung jumlah mobil dan motor Jepang yang memadati jalan karena hampir seluruhnya milik Jepang. Bandingkan dengan jumlah mobil dan motor produk negara lain. China memberikan dukungan dengan imbalan memberikan pasar seluas-luasnya bagi serbuan produk- produk buatan China.

Jadi dapat disimpulkan bahwa urusan duit ini menjadi urusan yang sangat kompleks karena menyangkut pada semua aspek kehidupan masyarakat. Perdamaian dunia terancam karena keserakahan manusia sendiri akan kekayaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline