Kopi ini, Pak … tidak akan pernah menanyakan mengapa kita meminumnya malam ini.
Dia juga tidak menanyakan mengapa kita datang kepadanya pagi ini. Jadi, tidak peduli
ada bapak atau tidak kopi ini tetap setia menunggu siapa yang mau menghampiri.
Meski begitu, marilah saya ajak bapak minum kopi dan duduk bersama saya saat ini. Biar kita uraikan satu persatu segala keresahan dalam pikiran kita masing-masing lewat obrolan singkat sepeminuman kopi.
Biar saya mulai dengan keresahan saya saja, boleh?
Keresahan saya dimulai pada cerita tentang berlangsungnya hari pertama Ujian Nasional 2015 di negara ini.
Hari itu hari Senin, segerombolan anak baru saja keluar kelas setelah selesai mengerjakan soal Bahasa Indonesia dan Kimia yang diujikan. Sambil berseloroh mereka berbicara satu sama lain, “udah pulang … pulang … print sendiri aja soalnya di rumah!” sontak mereka tertawa beramai-ramai. Namun ada seseorang yang tidak tertawa. Tidak sama sekali. Dia seorang guru yang kebetulan mengawas kelas tersebut dan mencuri dengar obrolan seloroh para siswa.
Hatinya gelisah teringat akan apa yang ditemuinya semalam. Muncul lagi dalam benaknya sebuah tautan internet di mana semalam dia mengunduh beberapa soal yang katanya adalah soal Ujian Nasional. Tidak, dia tidak mau percaya dengan apa yang didengarnya. Maka bergegas dia memeriksa naskah soal Ujian Nasional yang tersisa sebelum dimasukkan ke dalam amplop dan disegel kembali - sesuai SOP UN. Dicocokannya soal di situ dengan soal yang semalam diunduhnya. Matanya nanar. Lagi … di depan matanya sekali lagi terjadi kecurangan terhadap hal baik bernama Ujian Nasional.
Soal itu sama persis.
Hal pertama dalam pikirannya adalah melaporkan ini kepada Kepala Sekolah. Didatanginya Kepala Sekolah dengan bukti yang ada. Di depan matanya Kepala Sekolah itu menelepon Gubernur DKI Jakarta dan meneruskan laporan mengenai temuan kecurangan ini. Sudah selesaikah? Belum. Dia masih gelisah. Segera dihubunginya seorang sejawat yang tidak lagi berkecimpung di dunia pengajaaran. Lewat pesan singkat diberikannya penjelasan mengenai kecurangan itu berikut dengan tautan internet tempat di mana soal itu disimpan.
Sejawat itu membuka tautan yang ada padanya dan terperangah. Pikirannya langsung melesat untuk mengadukan hal yang diadukan padanya? Tapi pada siapa? Lalu dia teringat pada seorang kenalan dengan power yang cukup untuk membuat berita ini setidaknya sampai ke telinga pembantu bapak, ya Pak Menteri. Kenalan ini adalah seorang perwakilan dari FSGI - Forum Serikat Guru Independen.
FSGI melakukan investigasi terhadap aduan tersebut dan memang benar … soal temuan dari internet itu sama persis. Namun hingga malam hari belum ada kejelasan mengenai apa yang akan dilakukan oleh serikat guru ini.
Dengan gatal, Sang Sejawat meminta bantuan pada beberapa kenalan dari media elektronik. Tujuannya hanya satu, supaya berita ini sampai pada Pak Menteri lalu sampai pada Bapak, Pak Jokowi. Selain itu juga supaya mata orang-orang terbuka bahwa Ujian Nasional sudah buruk hingga ke akar-akarnya.