Lihat ke Halaman Asli

Odi Shalahuddin

TERVERIFIKASI

Pegiat hak-hak anak dan pengarsip seni-budaya

Jagalah Keperawananmu

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Aku nggak bisa balikin lagi perawanku. Perawan ini mahal banget loh. Sebisa mungkin kalian itu bisa jaga. Buat masa depan kamu juga. Nyesel aku mah kayak gini. Jujur aja, nyesel,” demikian dikatakan seorang anak yang dilacurkan di kota “B”, ketika saya berkesempatan bertemu dan berbincang dengannya, lalu meminta dirinya untuk menyampaikan saran kepada anak-anak yang lain.

Anak yang lain di kota yang sama di tempat yang terpisah seakan memberi penegasan tentang pernyataan itu: “Sayang banget ngelepasin perawannya, nggak akan bisa balik lagi meskipun nangis darah juga,”

Soal tidak perawan, memang bukan satu-satunya faktor resiko yang menyebabkan anak-anak mudah dijerumuskan ke prostitusi. Ada berbagai faktor yang satu sama lain bisa saling berhubungan terkait dengan faktor pendorong dan penarik. Umum dipahami, sebagaimana juga terungkap dalam berbagai penelitian, faktor-faktor yang berpengaruh antara lain, latar belakang kemiskinan, keluarga berantakan, pergaulan bebas, tuntutan gaya hidup, penipuan yang menjerumuskan, dan bekerjanya jaring-jaring kejahatan yang selalu mencari mangsa.

Namun soal keperawanan tampaknya layak menjadi perhatian utama mengingat banyak anak menyatakan salah satu alasan mereka berada di prostitusi lantaran sudah terlanjur tidak perawan lagi. Pernyataan yang bisa menghentakkan dada kita, misalnya dikemukakan oleh seorang anak dari kota “S” : “Daripada gratisan, lebih baik sekalian cari uang,”

Puluhan atau tampaknya mencapai angka lebih dari seratus anak yang dilacurkan yang pernah saya jumpai selama rentang waktu lima belas tahun terakhir, ada perbedaan yang menonjol pada situasi anak-anak di akhir dan awal tahun 2000-an dengan anak-anak pada masa sekarang ini. Pada masa sebelumnya, saya banyak menjumpai anak-anak yang kehilangan keperawanannya diakibatkan karena perkosaan. Sedangkan pada anak-anak di masa sekarang, lebih banyak disebabkan oleh lingkaran gaya hidup bebas.

“Hal itu sudah biasa. Gak gaul kalau tidak seperti itu,” ungkap seorang anak yang masih duduk di kelas 2 SLTA di Kota “P”.

“Kalau teman-teman berani melakukan, masak tidak berani?” ungkap seorang anak yang juga masih duduk di kelas 2 SLTA di kota ”BL”

Maka, mensikapi situasi prostitusi anak yang menurut perkiraan pada tahun 1998 (sejauh ini belum ada data terbaru) ada sekitar 40,000 – 70,000 anak-anak Indonesia yang dilacurkan di wilayah Indonesia (tidak termasuk anak-anak Indonesia yang berada di luar negeri), saran dari dua anak yang dikemukakan di atas perlu mendapat perhatian dan bisa disosialisasikan ke anak-anak agar mereka memiliki kewaspadaan guna menghindari menjadi korban prostitusi.

Tentu saja, tetap tak terlupa untuk terus menggemakan bahwa melakukan hubungan seksual dengan seorang anak (dibawah 18 tahun) adalah suatu kejahatan. Seluruh aparat penegak hukum harus serius memberikan perlindungan terhadap anak-anak dari kejahatan seksual dengan menjerat para pelakunya.

Salam

Odi Shalahuddin

Yogyakarta, 18 Desember 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline