Lihat ke Halaman Asli

Odi Shalahuddin

TERVERIFIKASI

Pegiat hak-hak anak dan pengarsip seni-budaya

Kehidupan Beragama yang Manis (Catatan Perjalanan #4)

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_144737" align="aligncenter" width="600" caption="Ritual Prosesi Laut. Sumber Foto: http://nasional.kompas.com/read/2011/04/22/18542068/Ritual.Prosesi.Laut.Jumat.Agung"][/caption]

Kabupaten Flores Timur, sesuai namanya, terletak di bagian Timur Pulau Flores. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 69 tahun 1958 yang ditetapkan pada tanggal 20 Desember 1958, yang mana tanggal tersebut dijadikan sebagai hari ulang tahun kabupaten Florest Timur.

Awal dibentuk, kabupaten ini terdiri dari delapan kecamatan, yang meliputi Flores Timur Daratan, Pulau Adonara, Pulau Solor, dan Pulau Lomblen (Lembata). Namun pada tahun 1999, Lembata ditetapkan menjadi Kabupaten tersendiri.

Akibat proses pemekaran wilayah, pada saat ini, di Kabupaten Flores Timur terdiri dari 19 kecamatan, dengan ibukota Larantuka. (lihat situs Pemerintah Kabupaten Flores Timur: http://www.florestimurkab.go.id)

Sayang, selama enam hari, saya lebih banyak di Larantuka dan hanya sempat berkunjung ke Kecamatan Tanjung Bunga (Nama Pulau Flores diambil dari bahasa Portugis  ”Cabo de Flores” yang artinya ”Tanjung Bunga”, nama  yang diberikan pada tahun 1544 oleh S.M. Cabot, pelaut dari Semenanjung Iberia, Portugis). Ada juga yang menduga bahwa Portugis pertama kali mendarat di kawasan itu.

Walaupun letaknya agak terpencil dengan wilayah lain di Indonesia namun dalam sejarahnya Larantuka adalah salah satu tempat yang pertama kali didatangi para pedagang Eropa. Tempat ini didatangi pedagang Portugis ketika mereka singgah dalam perjalanan menuju ke Timor untuk mencari kayu cendana. Pada sekitar tahun 1575, pedagang Portugis membangun benteng di daerah ini dan lebih dari 20 lokasi pusat penyebaran agama Kristen oleh para misionaris. Pengaruh Katolik dan Portugis terasa masih sangat kuat di Larantuka. Di sini terdapat gereja besar atau kathedral dan rumah ibadah Kapela Tuan Maria yang memiliki ornamen perunggu dan perak bergaya Portugis. (sumber dari SINI )

Kabupaten Flores Timur yang memiliki luas wilayah 3.079,2 km2 berdasarkan data yang saya peroleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, jumlah penduduk sampai dengan bulan Januari 2011 berjumlah 235,191 yang terdiri dari 113,253 laki-laki dan 121,938 perempuan. Sebagian besar penduduknya beragama Katholik, diikuti Islam, Hindu dan Budha yang mampu hidup berdampingan secara damai dan saling mendukung.

“Di sini sangat ramai kalau perayaan Paskah. Orang dari berbagai tempat akan hadir ke sini mengikuti prosesi perayaan Paskah. Susah mencari hotel,” kata Martje kawanku.

Ya, kedatanganku ke Flores Timur di bulan November. Perayaan Paskah tahun ini telah berlangsung pada bulan April yang lalu. Untuk mengetahui tentang hal itu, maka setiba di Yogya, aku mulai mencari informasi tentang perayaan Paskah yang agak berbeda dengan di tempat-tempat lain.

[caption id="attachment_144738" align="aligncenter" width="600" caption="Sumber: http://www.floresnews.com/fn1/files/sospol/samana%205.jpg"][/caption]

Pada saat peryaan paskah, ribuan orang akan berkumpul di Larantuka. Paskah tak hanya diperingati secara keagamaan dengan misa. Mereka juga menjalani ritual berdasarkan tradisi yang terus hidup selama ratusan tahun yang merupakan peninggalan Portugis. Peringatan ini disebut Semana Santa yaitu pekan suci yang dimulai dari Minggu Palem sampai Minggu Paskah dengan ritual puncaknya pada saat Jum’at Agung. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis lokal ataupun mancanegara.

Kompas.com pernah menurunkan pemberitaan tentang harmonisnya kehidupan di larantuka (di SINI). Pada berita itu dinyatakan bahwa pada saat prosesi puncak Semana Santa, pekan suci perayaan Paskah, tampak ikut berjaga-jaga, kaum muslim. "Tradisi di sini sangat tinggi tingkat toleransi beragama. Kalau mereka (umat Katolik) ada acara, kita ikut bantu. Dan sebaliknya, kalau kami ada kegiatan agama, mereka pasti ikut bantu," kata Noor Siru, salah satu anggota Remaja Masjid Agung Aswada yang ikut turun menjaga lalu lintas umat di Gereja Kathedral. Mereka bertugas menjadi pagar betis di depan gereja. "Sebaliknya juga. Saat pembangunan masjid, mulai dari peletakan batu pertama sampai sekarang, pemuda Katolik terus bantu-bantu. Bapak Uskup sampai turun langsung, hadir saat peletakan batu,"

Wah, memang manis rasanya apabila seluruh umat beragama bisa hidup berdampingan dengan damai, saling membantu, dan menghargai keyakinan masing-masing.

(bersambung lagi ya...)

Odi Shalahuddin 20112011

_____________________ Catatan Perjalanan #1 Kupang - Larantuka (Catatan Perjalanan #2) “Pulau Ular” Catatan Perjalanan #3 Kehidupan Beragama yang Manis (Catatan Perjalanan #4) Catatan Perjalanan #5




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline