Lihat ke Halaman Asli

deni karsana

Peneliti yang berminat dibidang bahasa dan sastra, bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional

Membersamai Literasi dalam Pendidikan

Diperbarui: 7 Mei 2022   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN

Literasi merupakan seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah literasi sudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luas tetapi tetap merujuk pada kemampuan atau kompetensi dasar literasi, yakni kemampuan membaca serta menulis. Intinya, hal yang paling penting dari istilah literasi adalah bebas buta aksara supaya bisa memahami semua konsep secara fungsional, sedangkan cara untuk mendapatkan kemampuan literasi ini adalah dengan melalui pendidikan.             Literasi ini begitu penting di dalam kehidupan manusia terlebih manusia-manusia yang hidup di zaman yang diwarnai kecanggihan teknologi saat ini. Literasi ini sangat diperlukan dalam segala lini kehidupan manusia karena kemampuan literasi ini bisa menjadi kunci manusia untuk berproses menjadi manusia yang lebih berpengetahuan dan berperadaban.   

Tak dipungkiri bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dalam literasi. Menghadapi perubahan dunia, perlu upaya. Agar sanggup unggul dalam partisipasi dan kiprah di tengah globalisasi dan regionalisasi pada abad ke-21, pada pendidikan nasional kita perlu berfokus atau berporos pada tiga hal pokok, yaitu literasi dasar, kompetensi, dan kualitas karakater. Literasi dasar yang perlu dijadikan poros pendidikan kita adalah (1) literasi baca-tulis, (2) literasi numerasi, (3) literasi sains, (4) literasi digital, (5) literasi finansial, serta (6) literasi budaya dan kewargaan. Kemudian kompetensi yang perlu menjadi fokus pendidikan kita meliputi berpikir kritis untuk memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Selanjutnya, karakter utama yang perlu menjadi poros pendidikan kita meliputi karakter yang religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

Literasi memperkuat kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat untuk mengakses kesehatan, pendidikan, serta ekonomi dan politik. Dalam konteks kekinian, literasi melingkupi ilmu pengetahuan dan teknologi, keuangan, budaya dan kewargaan, kekritisan pikiran, dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia harus menguasai literasi yang dibutuhkan untuk dijadikan bekal mencapai dan menjalani kehidupan yang berkualitas, baik masa kini maupun masa yang akan datang.

Pemerintah dalam hal ini Kemendikbud telah berupaya keras  untuk meningkatkan dan memajukan rakyat Indonesia dengan mewujudkan suatu gerakan literasi. Gerakan literasi ini diupayakan tidak hanya di sekolah, tetapi juga di keluarga dan masyarakat. Berbagai cara untuk menjadikan literasi sebagai suatu budaya agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju tidak hanya bercokol pada kedudukan sebagai negara berkembang. Pengetahuan yang diperoleh melalui membaca dan menulis yang bermanfaat bagi setiap individu dan kemajuan bangsa.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat di era Revolusi Industri 4.0 memerlukan tambahan penguasaan literasi, yakni literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Literasi baru di era Revolusi Industri 4.0 ini mendorong implementasi untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner), agar mampu beradaptasi dan berkembang dengan baik dalam menghadapi tantangan global di era Revolusi Industri 4.0 dan era selanjutnya.

PEMBAHASAN

Saat ini sedang pada Revolusi Industri 4.0, di mana dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas literasi yang tinggi. Apakah kita sudah siap? Selama ini kebanyakan dari kita hanya memaknai literasi sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis saja. Sebenarnya literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks dan dinamis yang terus didefinisikan secara beragam dari sudut pandang yang berbeda-beda. Makna literasi saat ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan beberapa waktu silam. Seperti yang dinyatakan oleh The International Reading Association (IRA) bahwa literasi yang digunakan oleh pemelajar saat ini jauh berbeda dari yang digunakan oleh orang tua mereka, bahkan dari pemelajar sebelum mereka.

Kita harus membenahi diri guna meningkatkan kualitas literasi menjadi lebih tinggi hingga bisa sejajar dengan negara-negara maju di dunia. Jika kita kembali melihat data-data yang ada tentang kualitas literasi kita tersebut  maka tentu saja kita akan akan timbul beberapa pertanyaan, seperti: Apa yang terjadi pada masyarakat Indonesia terkait dengan literasi? Mengapa kita tertinggal jauh dari negara-negara lainnya? Usaha apa yang harus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan kita? Makna literasi yang sesuai dengan abad ke 21 dan dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 adalah kemampuan menggunakan teknologi untuk mengumpulkan dan mengomunikasikan informasi (Pilgrim dan Martinez, 2013:60).

The Program for International Student Assessment (PISA) mendefinisikan literasi sebagai kapasitas seseorang untuk mengerti, menggunakan, dan merefleksi teks berupa tulisan, guna mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan dan potensi seseorang dan untuk dapat berpartisipasi di dalam masyarakat. Dengan dua pengertian tersebut, sangat jelas bahwa literasi sendiri sudah tidak didefinisikan terbatas hanya pada kemampuan untuk membaca dan menulis saja.

Literasi dan Keluarga

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline