Lihat ke Halaman Asli

Pengajar Keliling vs Pedagang Keliling

Diperbarui: 29 Oktober 2016   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Alhamdulillahirabbil alamin, 

Di sela-sela aktivitas sebagai pengajar keliling, hobi dan naluri turun-temurun sebagai pedagang rupanya tidak bisa hilang, meski status sebagai orang nomor satu dalam komunitas Ikatan Guru Indonesia (IGI) di Propinsi Maluku, tidak menjadi hambatan untuk bergerak menyalurkan hobi berniaga, sebagai warisan turun-temurun keluarga.

Meskipun sebenarnya vokus menjadi terpecah dan konsentrasi harus sedikit buyar beberapa hari, tapi demi hobi yang harus terbukti dan harus dibagi juga sebagian kisahnya kepada siapapun yang berminat, termasuk kepada putri-putri saya nanti, di 30 tahun yang akan datang, ketika dia terbagun di waktu pagi, dan membaca blog ini, kemudian dia akan tau bahwa Ayahnya dahulu bukan seorang pengajar keliling saja saja tapi juga seorang Pedagang Keliling.

Alhasil, beberapa hobi pedagang keliling di sela-sela menjadi pengajar keliling, ini sempat tersalurkan melalui lapak modern seperti blog, sejak kuliah di pascasarjana, tetapi memang tidak vokus, akhirnya jangankan mengurus blog yang pada awalnya dijadikan lapak online mengurus kerjaan utama saja, masih sempat terseok-seok lantaran masih harus banyak belajar, karna basic ilmu dan pengalaman yang terbatas, karna harus memindahkan pengetahuan offline beralih kepada online. tetapi semangat tidak perah pudar, beberapa lapak online yang dibuat agak iseng, pun bisa ciptakan penjualan dan berhasil, meskipun hanya recehan di awal pembuatannya. 

mulailah mempelajari bagaimana membuat blog, meriset kebutuhan pasar, menetapkan produk, mendisain blog dan bagaimana meningkatatkan kunjungan ke blog, sert  yang terpenting menciptakan penjualan dan bertransaksi online banking. langkah selanjutnya adalah  merawat kepercayaan dari konsumen, sehingga dia akan terkesan dan balik lagi menggunakan produk kita, sebab prinsip dagang online yang penulis yakini adalah 'kesan pertama, begitu menggoda, selanjutnya terserah anda' heheh, mirip iklan kan, bukan maksudnya kalo penjualan kita di awal sudah jujur dan transparan, maka kepercayaan itu akan datang, bahkan terus mengundang calon pembeli lainnya untuk berkunjung ke lapak kita, yah, seperti di dunia nyata begicu loh... 

Beberapa hal ini bukan teori dagang, tapi intuisi dan inspirasi semata, sebab, hal-hal ini bukan didapat dari seabrek teori dagang, hanya saja berangkat dari pengalaman, dagang offline (dunia nyata) kemungkinan bisa diarahkan ke online (dunia maya). Dari banyak kisah pengalaman perniagaan online, yang sukses dengan cepat, seperti meminjam ucapan trainer trading bahwa 'kali sering kali banyak' itulah kuncinya. seberapa sering kita online, seberapa banyak kita tawarkan ke pasar umum, itulah hasilnya.

Karna sukses tidak sukses ketika menciptakan penjualan adalah urusan belakangan dan akan menjadi evaluasi dan re-evaluasi, tetapi usaha maksimalkan saja, balik lagi ke perhitungan rejeki sebagai orang religi, bahwa maling saja ketika berniat mencuri dan berdoa ke Tuhan nya si Maling, dia akan dapat hasilnya, lah kita ini orang baik, berusaha dengan jalan baik, berdagang dengan cara baik, melayani orang dengan cara baik, masa tidak diberi rejeki oleh Tuhan...di manakah keadilan Tuhan itu? , ini prinsip yang sering saya sebar ke beberapa newbe (pemula) teman2 yang akan terjun ke dunia maya.

Alhasil beberapa lapak Online bisa bertahan dan menciptakan penjualan bisa berjalan meski tidak sesukses cerita orang, tapi berhasil mengumpulkan pundi-pundi berharga yang tentu sangat membantu, sekedar mengisi pulsa, tiket pesawat, mengganti biaya internet bahkan bisa jalan-jalan berwisata dengan keluarga. hal yang terakhir ini lah yang sangat penting bagi saya sebagai pengajar untuk bisa menyiasati cadangan anggaran untuk sekedar merefresh rumitnya rutinitas keseharian.

semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi yang mau belajar...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline