Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan Islam; Mendidik (dengan) Karakter, Bukan Mengajar (tentang) Karakter..!!

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungannya termasuk lingkungan alam dan lingkungan manusia. Di dalam intearksi tersebut manusia bukan hanya mengusahakan interaksi dengan sesama manusia, namun dengan alamnya sehingga dapat megembangkan potensi manusia secara optimal, seharusnya..!! sebagaimana dengan fitrah jati dirinya.

Sebagaimana peran penting yang dijalaninya Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem Pendidikan, tidak dipungkiri memiliki kontribusi yang cukup mapan untuk menyokong pembentukan karakter bangsa dengan berbagai strategi dan metode yang cukup dalam. Tengok saja, sistem pengajaran yang diwajibkan bagi setiap anak sebagai peserta didik yang harus dicetak secara integrasif sehingga calon anak cerdas dalam keimanan Islam bukan dibentuk ketika sudah aqil baliq (baca: dewasa), namun jauh sebelum ibunya mengandung proses transformasi itu sudah harus ditanamkan oleh sifat pembawaan orang tua.
begitu juga di masa-masa kehamilan, bahkan sampai proses kelahiran, tumbuh dari anak sampai mencapai remaja dan dewasa..adalah sebuah proses pengkaderan karakter yang harus selalu terjaga dan terpantau oleh orang tua, (seharusnya) sampai kemudian sang anak memilih untuk berpisah dengan orang tuanya karena memilih untuk menikah, maka lepaslah tanggungjawab mendidik dari orang tuanya.

Kondisi ini membutuhkan respon yang aktif-kreatif untuk memberdayakan pendidikan Islam untuk meresponnya. Sejalan dengan gencarnya kampanye pendidikan karakter yang harus kembali menjadi spirit dan motivasi setiap pribadi pembelajar baik guru dan siswa dalam lingkungan pendidikan, di mana dalam setiap interaksinya pengayaan bahkan pendalaman pendidikian karakter Islami bisa dimulai dari dimana guru dan siswa itu berada. Hal inilah yang menjadikan Karakterisitk lokal dari setap pribadi pembelajar yang akan turut menetukan tumbuh kembangnya pengetahuan dan kecerdasan berwawasan kebangsaan dan berkarakter Islami. Inilah yang akan disajikan sebagai solusi dari merosotnya moralitas bangsa.

Ada tiga pilar pendidikan karakter yang perlu dikembangkan di Indonesia menurut Doni Koesoema, (11//02/2010) seperti dimuat dalam kompas yaitu: (1) Desain pendidikan karakter berbasis kelas, (2) desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah dan (3) Desain Pendidikan karakter berbasis komunitas. Sementara menurut Bashori (15/03/2010) yang dimuat di Media Indonesia menyatakan bahwa:” Dalam pendidikan karakter penting sekali dikembangkan nilai-nilai etika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan--sebagai basis karakter yang baik”.

Nilai-nilai religi dan pengaruh kondisi lokalitas termasuk mentalitas dan budaya, sebagaimana sentil di atas, akan sangat efektif dan bermanfaat apabila juga dipraktikkan kemudian diajarkan oleh guru setiap lembaga pendidikan termasuk sekolah, bukan seperti yang kebanyakan terjadi saat ini, bahwa semua hanya berupa teori,  yang kebanyakan hanya sampai pada proses pembelajaran tapi bukan pada penerapan suri tauladan yang dipraktikkan sang pengajar baik guru maupun dosen. mengajarkan Disiplin dan Moralitas yang baik, tapi tidak berlaku disiplin dan tidak bermoral yang baik, misalnya, adalah bentuk penyimpangan antara niat, kata dan perbuatan sang pengajar terhadap eksistensinya sebagai pengajar yang terdidik.

Tidak berperilaku sebagaimana pengajar yang jujur, adil dan tidak berwibawa adalah bagian dari perilaku tidak berkarakter. sementara memiliki tatanan karakter yang konsisten dan dibuktikan antara kata dan perbuatan, inilah yang masih sulit terjadi di negeri kita...

bagaimana anda melihatnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline