Lihat ke Halaman Asli

Ocyid

In the Age of Information, being unknown is a privilege

Antara Aku dan Stasiun UP

Diperbarui: 20 Agustus 2024   05:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kejadian ini terjadi lebih dari 10 tahun yang lalu; di saat pesbuk masih jaya-jayanya - di saat manusia masih dalam kebodohannya yang sederhana, sebelum gawai pintar menghubungkan bangsa-bangsa - di saat roda kereta masih pake besi... di saat saya masih muda dan buluk... Alhamdulillah - Puji Tuhan, ngga ada yang berubah setelah bertahun-tahun lamanya...

Ngga tau kenapa... gw tuh magnet banget sama yang namanya Stasiun Universitas Pancasila, yang demi kemaslahatan bersama, marilah kita bersama-sama sebut saja apanya disingkat bila sebagai St-U-Pe...

Ya, ga tau kenapa aja, gw seperti ketarik dalam pesona gaib stasiun yang ngejogrok manis di depan Universitas Pancasila ini (secara gituloh namanya aja udah Stasiun Universitas Pancasila)

Hmmm... mungkin dikarenakan sebab, jaman kecil gw dulu bercita-cita sebagai masinis kapal api...

Jadinya ya gitu deh... (Males banget ga sih lo bacanye???)

Contohnya nih ya, alkisah...

Pada suatu hari, tersebutlah seorang pria buluk yang, lagi-lagi ngga tau kenapa, seneng banget make jaket warna biru - yang juga buluk. Ngga tau juga, buluk yang mana mempengaruhi siapa: apakah pria buluk ini mempengaruhi jaket itu menjadi buluk ataukah jaket itu yang membuat si pria jadi buluk? Kayaknya, dua-duanya sama buluknya deh...

Nah, cowok buluk ini, akibat terlalu lelah setelah seharian bekerja di bawah terik matahari yang menerpa dan terbukti tanpa ketombe (anyway, dulu gw kerja kantoran) ketiduran gitu di kereta kencana bergerbong de-la-pan *kurang-lebihnya saya mohon maaf*

Di tengah tidurnya, sang pria pun terasa melayang dalam bayang-bayang. Ia seakan mendengar kerumunan orang lalu lalang dan bercanda riang. Samar-samar ia merasakan sekelompok orang berbincang. Seperti tengah berada dalam hiruk pikuknya para pekerja yang hendak pulang... EMANG!!!

Setelah setitik-dua titik iler mengalir, seperti pepatah berkata: sambil menyelam minum air *you clearly know what i mean!!!*, sang pria pun bangkit dari kubur (astagfirullahhalaziiiiiiiiimmmmmmm!!!)

Firasatnya mengatakan, tujuan akhir semakin dekat... perbanyaklah beribadah teman-teman (loh?). Sang pria pun berdiri dengan bekas lendir di pipi. Dirapikan seragam jaket-buluk'nya, agar terlihat semakin buluk saat melangkah. Dengan wajah tenang dia berjalan mendekati pintu kereta. Sepasang perangkat jemala (ah elah, headset!) melekat ayu di kupingnya (pria woy!pria!).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline