Lihat ke Halaman Asli

Refleksi Film Taare Zameen Par, Setiap Anak Itu Hebat

Diperbarui: 28 Mei 2017   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Film Taare Zameen Par pasti sudah tidak asing bagi pecinta film Bollywood. Film bergenre edukasi ini dibintangi oleh sejumlah artis ternama India seperti Darsheel Safary, Tanay Cheda, Sachet Engineer, Tisca Chopra, Vipin Sharma, bahkan pembesut film ini, yaitu Amir Khan turut didalamnya. Film Taare Zamen Par menceritakan seorang anak yang mengalami disleksia bernama Ihsaan Nandkishore Awasti. Diperankan oleh Darsheel Safary, Ihsaan merupakan seorang anak setingkat kelas 3 SD yang suka bermain. Namun ia berbeda dengan anak-anak sesusianya, Ihsaan tergolong anak yang susah belajar, dianggap bodoh dan nakal. Ini dikarenakan ia tidak pernah mengerjakan PR, nilai ulangannya selalu dibawah rata-rata selain itu, ia juga memiliki kesulitan untuk membaca dan menangkap perintah maupun kata-kata orang lain, setiap kata-kata dan tulisan yang dilihatnya seolah-olah seperti menari. Meski ibunya telah membantunya, Ihsaan masih saja selalu salah dalam menulis. Misalnya sebuah kata seperti “table”, ia menulisnya menjadi “Tabl” atau “tabel”. Selain itu, Ihsaan juga kesulitan untuk mencerna perintah dari gurunya, seperti pada saat ia diinstruksikan untuk membuka halaman sebuah buku, Ihsaan sangat kebingungan untuk mencari halaman tersebut.

            Karena kekurangan tersebut, Ihsan menjadi bahan ejekan teman-temannya. Guru-gurunya pun kerap kali memarahinya. Selanjutnya, sang ayah yang mengatahui keadaan Ihsaan tersebut, memutuskan untuk memasukkan Ihsaan ke sebuah asrama. Namun ternyata di Asrama tersebut Ihsan semakin terpuruk akibat ejekan dan tekanan dari gurunya. Ia merasa bahwa guru-guru di asrama tersebut lebih galak dibandingkan sekolah sebelumnya. Ihsaan masih sering menerima hukuman keluar kelas, nilainya masih di bawah rata-rata, dan bahkan Ihsaan pernah mendapat hukuman pukulan penggaris dari guru seninya yang bernama Holkar. Ihsaan yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menggambar pun bahkan tidak mau menggambar lagi.

            Kemudian datang seorang guru kesenian pengganti sementara yang bernama Ram Shankar Nikumbh. Guru yang memiliki gaya mendidik yang baru ini, mendapat respon antusias dari siswanya. Ia mendidik siswanya tidak seperti guru lain yang mendidik dengan mengikuti norma pendidikan pada umumnya. Ia membuat siswanya berpikir keluar dari buku-buku dan imajinasi mereka. Namun, tetap saja Ihsaan tidak tertarik pada Ram. Mengetahui hal tersebut, guru kreatif ini mencari tahu permasalahan yang dialami Ihsaan. Dan akhirnya berhasil mengetahui dan menyadari bahwa ihsaan menderita penyakit Disleksia karena dia juga dulunya mengalami gejala tersebut.

Disleksia merupakan sebuah kesulitan membaca, menulis dan menghitung. Sebenarnya seseorang yang mengalami disleksia memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi bahkan melebihi orang lain. Jika tak diasah dengan kesabaran dan keterampilan mendidik, sang anak tidak akan mampu keluar dari kesulitan-kesulitan tersebut. perlu waktu, kesabaran dan perawatan untuk mendidiknya. Ram berusaha memikat perhatian Ihsaan dengan memberikan contoh profil tokoh-tokoh hebat yang mengalami disleksia seperti Albert Einsten, Leonardo da Vinci, Pablo Picasso, Muhammad Ali, Walt Disney, Thomas Alfa Edison. Dan menggunakan berbagai cara yang menyenangkan untuk membantu Ihsaan dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Selain itu Ram juga menyadarkan orang tua Ihsaan bahwa anaknya mengalami disleksia dan menjelaskan kepada mereka tentang penyakit tersebut. Ia juga memohon kepada kepala sekolah asrama untuk tidak mengeluarkan Ihsaan, karena ialah yang nantinya akan membantu Ihsaan agar bisa membaca dan menulis.

            Untuk meningkatkan kepercayaan diri Ihsan, Ram mengadakan lomba melukis bagi guru dan murid di asrama tersebut, dan memnunjukkan kelebihan Ihsaan. Dalam lomba yang dinilai oleh pelukis-pelukis besar tersebut membuktikan kemampuan Ihsaan yang sebenarnya, Ihsaan berhasil menjadi pemenang mengalahkan Ram sendiri sebagai guru seninya. Selanjutnya hasil lukisan Ihsaan tersebut serta lukisan Ram, dijadikan sampul buku tahunan sekolah. Progres lain yang berhasil dicapai Ihsaan yakni nilainya tak lagi di bawah rata-rata dan ia sudah mampu bersaing dengan teman-temannya. Hal ini membuat orang tuanya bangga dan terharu serta menyesal atas kesalahannya dalam mendidiknya. Akhirnya Ihsan mulai percaya diri bermain dengan teman-temannya tanpa takut diejek lagi.

             Dari film ini, dapat diambil pelajaran bahwasannya setiap anak memiliki tahapan proses yang berbeda dalam menyerap suatu ilmu. Dan tak dapat dipungkiri bahwa setiap anak itu hebat. Mereka memiliki imajinasi, intelegensi dan kemampuannya masing-masing, yang dapat dikembangkan dengan penanganan yang tepat. Seorang guru harus mampu mengetahui karakteristik dan permasalahan-permasalahan yang dialami peserta didikny. Sehingga ia tahu cara apa yang tepat digunakan dalam membantu proses belajar siswa tersebut. Guru dapat menerapkan Remedial Teachingatau pengajaran perbaikan seperti yang dilakukan Ram. Merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, yang bertujuan untuk membantu siswa yang memiliki kesulitan belajar mencapai prestasi belajar. Dalam mendidik Ihsaan, Ram tidak menggunakan cara yang sama dengan cara mendidik siswa umumnya, ia menggunakan cara khusus untuk mengetahui dan mengembangkan kemampuan Ihsaan. Jika semua guru memiliki inisiatif dan kemampuan seperti karakter Ram dalam film ini, maka dijamin kualitas pendidikan akan baik karena prestasi belajar peserta didik akan tercapai dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline