Tepat Selasa, 15 Maret 2022 lalu, Arema FC menderita kekalahan kelima mereka musim ini melawan kandidat terkuat juara BRI Liga 1, Bali United.
Harus diakui, kekalahan 0-1 melawan Persebaya menjadi titik balik menurunnya performa Arema setelah 23 laga tak terkalahkan.
Sejak kekalahan itu, Arema langsung menderita empat kekalahan dari lima laga sekaligus. Dan parahnya, mereka kalah dari tiga pesaing kuat juara musim ini, yakni Bali United, Persebaya, dan Persib Bandung.
Banyaknya hasil imbang yang tak perlu juga menjadi petaka. Apa lagi secara kualitas permainan,2harus diakui Arema menjadi yang terlemah di antara lima tim teratas BRI Liga 1.
Pola permainan yang tak jelas yang terkadang membuat para penonton bingung dan kesal sendiri.
Nilai plus dari permainan Arema musim ini adalah transisi mereka dari menyerang ke bertahan, namun tak berlaku sebaliknya.
Lini tengah solid yang dikomandoi Renshi Yamaguchi, entah bersama Hanif maupun Jayus, cukup bisa menjaga keseimbangan ketika berada di bawah tekanan lawan.
Namun kurangnya pemain kreatif di lini serang membuat permainan Arema sangat monoton. Kualitas passing, umpan, shooting, dan skill individu pun terbatas. Kalah jauh dengan striker asing Carlos Fortes.
Kalau boleh dibilang, performa Arema musim ini bisa terangkat oleh empat pemain asing baru mereka.
Menurut saya pribadi, Mereka berempat lah yang menjadi pemain terbaik Arema sejauh ini. Bahkan pemain-pemain lokal pun tidak ada yang setidaknya mendekati kualitas mereka.
Mungkin terkecuali Bagas Adi, Diego, dan Fabiano yang masih cukup solid menjaga kedalaman.