Lihat ke Halaman Asli

Demo 4 November Ibarat Sebuah Makanan Tanpa Rasa

Diperbarui: 7 November 2016   01:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah pernah blom, makan disebuah restoran ketika akan pesan makanan dari menu yang tersedia semuanya kelihatan lezat, bahkan dengan melihat foto saja sudah mampu membuat yang melihatnya menelan ludah karena membayangkan lezatnya tuh makanan.

Ketika makanan datang dihidangkan di meja dan ketika disantap … ternyata ekspetasi dari gambar yang ada di daftar menu dengan asli yang ada di depan mata, jauh berbeda … rasa tuh makanan nda jelas kalo tidak mau dikatakan hambar … alhasil hilang sudah selera makan yang awalnya menggebu-gebu.

Gambaran diatas, penulis coba pindahkan dengan keadaan demo 4-11 kemarin itu, ketika issue dugaan penistaan agama oleh Ahok demikian gencar maka gaungnya sampai seluruh Indonesia .. bahkan mendunia, bagaimana tidak karena yang memberikan komentar dan pandangan terkait kasus inipun ada juga entah orang Indonesia di luar negeri atau orang Indonesia tapi sudah jadi warga negara asing.

Dimana hambar’nya ?

Tidak semua elemen masyarakat setuju dengan langkah demo ini, karena menganggap apakah semua jalur untuk berkomunikasi sudah buntu sehingga demo merupakan satu-satunya jalan yang harus ditempuh ? Apalagi ini mengingat periode ini memasuki periode Pilkada dan yang berteriak nyaring sudah bisa diduga sebelumnya adalah yang sejak awal sudah berseberangan dengan Ahok. Dengan kata lain, tidak semua masyarakat mempunyai persepsi yang sama dengan kelompok yang ingin melakukan demo 4-11

Pihak keamanan jauh-jauh hari sudah mengantisipasi situasi demo kali ini dan tidak mau kecolongan seperti kasus 98 lalu, sehingga pernyataan yang cukup keras’pun keluar dari Kapolri maupun Panglima TNI, barangsiapa dalam demo nanti terjadi tindakan anarkis maka aparat tidak akan segan-segan menggunakan kekuatan untuk melumpuhkan jika sudah dalam keadaan terdesak.

Langkah tak terduga jokowi beranjangsana ke prabowo merupakan langkah tepat untuk menurunkan tensi yang mulai menghangat, dalam percaturan politik langkah jokowi tersebut seakan memotong jalur dukungan politik mantan ‘seterunya’ di Pilpres 2014 lalu kepada kelompok yang akan melakukan demo. Otomatis kehadiran Fadli Zon, Fahri Hamzah dan Amien Rais kehilangan daya sengat’nya.

Langkah imut Jokowi berikutnya adalah dengan mengundang pimpinan MUI, PBNU dan Muhammadiyahke Istana, dapat dikatakan NU dan Muhammadiyah merupakan organisasi yang mewakili umat muslim se Indonesia yang cukup besar. Dalam khayalan penulis mungkin Jokowi mengatakan … gimana nih saya mau makan gado-gado, tapi ada yang bilang gado-gado asli harus ada timun ama tempe, yang satu lagi bilang harus ada irisan jagung, yang satu lagi bilang harus pake pare… jangan bikin bingung yang mau makan nih … hehehe … eh tapi nanti dulu, kan masih ada satu lagi koq nda diundang ya .. oh mungkin kali ini yang di undang cuma gado-gado, kalo lontong sayur next time’lah ya. Langkah ini membuktikan Jokowi bersedia bertatap muka dengan perwakilan umat muslim terbesar Nusantara untuk berdialog sekaligus menyampaikan pesan ke masyarakat bahwa jika ingin berdialog maka Jokowi akan mendengarkan tapi jika sudah main otot apalagi ingin merusak NKRI, Pancasila serta Bhinneka Tunggal Ika maka jangan sewot dan tersinggung kalo perilaku tersebut tidak digubris oleh beliau.

invitation-581f73fa50f9fd86118b456a.jpg

Pro kontra antara yang menganggap ucapan Ahok adalah penistaan agama dan yang tidak dapat dikatakan cukup berimbang, walau ada juga yang ragu dan belum mengambil sikap. Hal ini dapat dilihat dalam perbincangan di medsos yang cukup seru antara yang pro dan kontra. Keuntungan dengan dunia digital adalah sebagian masyarakat sudah dapat mengakses sendiri informasi yang dibutuhkan tanpa ada preferensi sebelumnya (walau ada juga sih yang sudah memihak tanpa dukungan informasi yang akurat), dan meraka dapat membandingkan semua informasi dan bukti yang ada.

Hal lain yang mungkin jadi cukup mengganggu adalah niat dari demo itu sendiri, yaitu dikatakan akan menjadi Demo Damai. Nah pertanyaan’nya adalah bagaimana yang dimaksud dengan aksi / demo damai itu ? apa saja yang dilakukan, apa yang hendak disampaikan.

Jika slogan’nya adalah demo damai maka perwujudan damai’nya juga secara menyeluruh agar mendapatkan apresiasi baik kawan maupun lawan. Mungkin penulis bisa sedikit sumbang saran terkait demo damai misalnya dengan poster yang berbunyi :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline