Lihat ke Halaman Asli

Agus Harimurti Yudhoyono, Apa yang Bapak Cari?

Diperbarui: 28 September 2016   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penunjukkan AHY sebagai cagub DKI 2017 memang sungguh diluar perkiraan banyak orang, walaupun sayup-sayup dulu pernah terdengar, tapi seiring perjalan waktu sepertinya hilang ditelan waktu. Namun secara tiba-tiba pada ‘last minute’ nama ini muncul kemballi tanpa perdebatan panjang dan berliku. Hal ini bisa terjadi krn memang dari koalisi kekeluargaan yang merapat ke Cikeas tidak mempuyai nama kader maupun non kader yang dapat diusung yang dapat diterima secara suara bulat oleh semua partai tersebut ataupun yang diperkirakan dapat menang melawan Ahok.

Cukup menarik  bahwa AHY yang sedang dinas diluar negeri akhirnya dipilih secara bulat oleh poros Cikeas. Tidak diketahui secara pasti juga apakah memang itu usulan bersama dari sisa koalisi atau bisikan para sengkuni kepada SBY yang akhirnya menawarkan opsi ini karena melihat poros Cikeas sampai larut malam belum mencapai kata sepakat  siapa yang harus dicalonkan.  

Apakah AHY orang yang tepat sebagai ‘komandan’ DKI-1 ? jika ditelisik lebih jauh kemampuan beliau selama ini di dunia militer maupun akademis rasanya tidak ada yang akan meragukannya. Pertanyaannya apakah AHY yang ditempa di dunia militer selama hampir 15 tahun dapat menyesuaikan atau beradaptasi dengan dunia birokrasi yang penuh intrik dimana situasi di lapangan benar-benar 180 derajat perbedaannya.

Dalam militer, semuanya berjalan sesuai dengan rantai komando, tidak akan mungkin / sangat kecil kemungkinan komunikasi secara rantai komando ini dilakukan dengan gaya komunikasi dunia kerja pada umumnya. Artinya apabila ada perintah dari komandan, maka perintah tersebut akan dilaksanakan sampai ke level paling bawah tanpa ada yang berani membantah.

Sedangkan di dunia birokrasi bisa terjadi tidak semua perintah atasan dilaksanakan karena jika menyangkut kepetingan beberapa oknum maka akan ada perlawawan dari jajaran birokrasi, kalaupun dikerjakan tidak dengan sepenuh hati sehingga hasilnyapun tidak akan sesuai harapan. Itu baru dari sisi internal, bagaimana dengan pihak lainnya ?

Melihat sepak terjang gubernur petahana saat ini, terlihat betapa rumitnya persoalan yang dihadapi untuk diurai satu persatu, mulai dari ngurusin warga , pemerintah pusat bahkan sampai anggota DPRD dan lapisan lain yang punya kepentingan. Semua kejar mengejar dengan waktu yang kadang kala harus diambil putusan yang cepat. Tidak jarang Ahok harus sampai memimpin rapat teknis yang seharusnya dapat dikerjakan oleh jajaran pejabat teras, tapi apa hendak dikata ternyata untuk masalah inipun Ahok ‘terpaksa’ harus turun tangan. Beruntung Ahok punya bekal pengetahuan dan pengalaman merambah beberapa posisi terkait dengan tugas saat ini, sehingga dalam memahami kasus maupun penyelesaian’nya bukan merupakan hal yang terlalu sulit.

Bukan untuk menakuti-nakuti, pertanyaan'nya adalah apakah AHY dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru’nya jika nanti terpilih ? atau mungkin untuk urusan yang begini akan diserahkan kepada wakil’nya saja karena wakilnya berasal dari pemprov juga. Akan efektif kah ? agak sulit menjawabnya karena memang belum diketahui karakter calon wakil’nya ini. Waktu yang tersisa 4 - 5 bulan ke depan sampai dengan saat pencoblosan di bulan feb 2017 nanti merupakan ajang AHY untuk mulai belajar menyesuaikan diri. Harapan’nya sih semoga AHY dapat tampil lebih gesit dan bergerak lebih cepat dengan hasil yang lebih baik dari para pendahulunya, sehingga tidak kalah pamor dari wakil’nya kelak, jika terpilih.

Hal lain yang cukup menggelitik saya adalah, apakah kesediaan AHY menerima sebagai cagub itu memang datang dari hati nurani yang paling dalam, yang jika tidak salah dengar AHY hanya punya waktu sangat pendek untuk memutuskan bersedia maju atau tidak’nya. Apakah sudah didiskusikan secara matang dengan istri tercinta. Saya yakin sebagai perwira menengah yang cemerlang AHY pasti memiliki kemampuan untuk menganalisa situasi yang berkembang saat itu. Apa benar karir’nya di militer dengan sederet prestasi yang menonjol sudah mentok seperti yang dihembuskan beberapa pihak ? agak sulit dipercaya kalau hal itu terjadi. Yang jelas militer Indonesia merasa kehilangan generasi penerus yang telah dididik sedemikain rupa yaitu salah seorang perwira terbaik yang cemerlang dan sangat menjanjikan untuk masa mendatang.

Entah’lah kalau keputusan yang dipilih adalah karena AHY merasa sungkan kepada SBY. Sebagai perwira militer dan sebagai anak sulung rasanya saya mulai sedikit bisa mengerti, mungkin rasa”nya kurang elok mengatakan ‘tidak’ kepada Ayahanda yang menyandang status sebagai Jendral Purnawirawan dan mantan Presiden RI. Ya itu tadi dalam dunia kemiliteran yang ada jika ditanya atau diperintah maka jawaban yang keluar hanya satu kalimat ‘siap ‘ndan’.

Apakah keputusan AHY pindah jalur karir tersebut merupakan ‘panggilan hati’ untuk mengabdi kepada bangsa dan negara RI dan mungkin merasa lebih terhormat karena mengurus warga masyarakat luas ketimbang di militer karena hanya berurusan dengan dunia militer dan keamanan negara ?

Mudah-mudahan dalam waktu yang tersisa kedepan, AHY dapat mulai sedikit menjelaskan mengenai pilihan hidupnya akan berkarir di dunia birokrasi, entah itu berupa ‘kerinduan, mimpi, atau cita-cita’ yang ingin digapai atas nama pengabdian, sehingga AHY sampai rela meninggalkan dunia kemiliteran yang telah membesarkan namanya sampai diposisinya saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline