Lihat ke Halaman Asli

Seberapa Tuluskah Kau Menilaiku??

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba ingin saja menulis tentang ini..,….:)

Jika hari ini kau melihatku dengan busana bersahaja kau bilang aku baik, besok kau lihat busana itu telah aku tanggalkan, maka tanggal pula penilaianmu kepadaku yang pernah kau berikan, membuatku bertanya apakah baik/buruknya seseorang itu semata-mata tergantung dari busana yang dia kenakan??

Jika hari ini kau melihat aku duduk disebuah kajian, keluar masuk masjid, kau bilang ternyata aku alim, besok kau lihat aku berada di “tempat lain” bercanda tawa, dan bergurau dengan teman-temanku, penilaianmu yang kau berikan kepadaku ternyata hilanglah sudah.

Jika aku mendapatkan suatu kebenaran yang aku sendiri masih belajar untuk melaksanakannya, lantas karena sayangnya aku padamu aku menyampaikan kebenaran itu pula padamu, mengapa kau mengingkari itu bahkan mencibirku hanya karena kebenaran itu belum nampak dalam perilakuku. Padahal tadinya aku berpikir, siapa tahu meskipun aku belum mampu melaksanakan kebenaran itu dengan baik, saudaraku sudah mampu melaksanakannya, dan itu juga yang nantinya dapat menjadi motivasi untukku dalam meningkatkan perilaku ke arah kebenaran tersebut.

Kenapa?? Kenapa kau begitu??

Kenapa baik/burukku itu harus tergantung dengan penilaianmu, kenapa kau tak suka ketika ternyata penilaianmu terhadapku itu salah, padahal kau sadar sebagai manusia penglihatanmu itu terbatas, dan jika kau menilai dari apa yang kau lihat, maka terbatas pula penilaianmu, dan kenapa tetap kau lakukan itu, padahal kau tahu bahwa yang sedang kau nilai itu juga adalah manusia, ya manusia, bukan malaikat!! Kau tak tulus menilaiku, sebab kau tak tulus menerimaku sebagai manusia yang juga punya salah dan khilaf, punya kekurangan. Siapakah kau yang menilai atau menghakimi seseorang??!

Aku, aku selalu mencoba untuk menerima keadaan orang-orang disekitarku dengan apa adanya, aku selalu mencoba untuk tidak lantas mengagungkan seseorang hanya karena satu atau dua kelebihan yang aku lihat pada dirinya, pun sebaliknya tidak juga lantas merendahkan seseorang hanya karena tidak ada kelebihan yang tampak darinya dimataku. Sedangkan kau, kenapa kau begitu dalam menilai, kenapa kau menjadikan ketulusanmu dalam menilai itu harus sesuai dengan keinginanmu??

Astaghfirullah….!!!

Aku tersadar,  ternyata akupun tak tulus padamu, tak tulus dalam menilaimu, akupun tak tulus melihatmu sebagai manusia, yang juga punya salah dan khilaf, termasuk salah serta khilaf dalam menilai. Siapakah aku yang menilai dan menghakimi tulus atau tidaknya seseorang??! Mengapa pula aku harus terusik dengan penilaianmu, yang kutahu bahwa penilaian baik itu pujian atau celaan hanyalah datang dari seorang manusia? Bukankah pujian tak akan membuatku kaya dan mulia jika dimataNYA begitu banyak cela dan cacatku, celaan pun seharusnya tidak  membuatku terhina, sebab jika celaan yg dilontarkan tidak lebih banyak dari cacat dan ketidaksempurnaanku yang sesungguhnya disembunyikan olehNYA, tidakkah celaan itu sesungguhnya adalah pujian?!!

Ya Allah, Ya Rabb, betapa terbatasnya penglihatan kami, sungguh Maha Luas dan Sempurna PandanganMU, terbukti aku sering kali salah menilai dan aku juga sering kali khilaf dalam memberikan balikan terhadap penilaian yang diberikan kepadaku…Ya Allah Ya Rabb jadikan setiap hati, lisan, dan perbuatan semata-mata hanya mengharap penilaian dariMU bukan makhluk ciptaanMU.

Ketulusan biarlah ENGKAU yang menilai……

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline