Lihat ke Halaman Asli

Resensi FIlm "Wage"

Diperbarui: 18 November 2017   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya ingin mengatakan bahwa sebelumnya, saya tidak pandai mereview dan ini merupakan review dari sudut pandang saya apabila berkenan boleh dikritik. Terima kasih

Sebelum menilai film : WAGE(2017) mari kita kenali sedikit latar belakang dari tokoh ini. Wage Rudolf Supratman, atau yang kita lebih sering dengar dengan W.R. Supratman lahir pada tanggal 19  Maret 1903. Ia merupakan pengarang lagu kebangsaan Indonesia yang berjudul, "Indonesia Raya", dan merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia.

Wage memiliki kakak sulung perempuan yang menikah dengan William van Eldik. Ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami kakaknya. Sedari kecil ia diajari menggunakan alat musik oleh suami kakaknya. Ia dapat bermain biola dan dapat membuat / mengubah sebuah lagu.

Pada film ini diperlihatkan bagaimana proses pembuatan dan perjuangan Wage dalam membuat lagu kebangsaan. Saat di Jakarta, ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis ini menantang kepada seluruh ahli -- ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.

Pada tahun 1924, lahirlah lagi Indonesia Raya dengan tiga stanza. Lagu Indonesia Raya ini diperdengarkan pertama kali pada Kongres Pemuda 2 pada 28 Oktober 1928 lengkap dengan tiga stanza, semua orang Indonesia yang hadri dalam Kongres tersebut terpukau saat mendengarkannya. 

Setelah itu  lagu kebangsaan ini dengan cepat terkenal. W.R Supratman meninggal dunia sebelum lagunya ini dikumandangkan pada tanggal, 17 Agustus 1938. Lagu ini dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan ditetapkan sebagai lagu kebangsaan dengan 1 stanza saja.

Film Wage memiliki kelebihan dan kekurangan pastinya. Kelebihan yang dapat dilihat film ini dengan pintar menggunakan alur cerita yang menegangkan saat Wage dikejar -- kejar oleh pasukan Belanda yang akhirnya pun tertangkap. Di sisi lain, kelemahan pada film ini yaitu pergantian scene yang tidak cocok selain itu jika dilihat secara keseluruhan film ini sangatlah melelahkan karena alur yang  terkesan sangat terburu -- buru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline