Lihat ke Halaman Asli

Lelaki yang Senantiasa Memeluk Nelangsa

Diperbarui: 15 Agustus 2015   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

Jatuh cinta, perihal diatas kertas baginya

Menulis puisi dengan lukisan wajahnya sendiri yang murung,

menulis sebuah lekukan pelangi yang melenturkan kesedihan-kesedihan dimatanya,

setelah hujan,

setelah Tuhan berbagi kepedihan

karena, sejatinya puisi adalah air matanya, dia bisa menaruh kata-kata sebagai tanda. Dan seseorang bisa paham isyarat tentang tanda. Entah itu jantung yang tertusuk duri atau hatinya yang pilu disebabkan pukulan duka berkali-kali

ketahuilah dia lelaki, miniatur logika dan perasaan yang terluka

Senantiasa dia merelakan pelukan rindu kepada beberapa manusia yang dicintainya

Selepas itu dia lupa bahwa lingkar keliru mengalung di lehernya

Dia mesti tahu penyair penyuka laut sepertinya mestinya menghabiskan waktu menghirup angin, mendengar ombak-ombak liar dan melihat ikan-ikan tenang lepas di dasar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline