Yesus dengan tegas menyatakan bahwa "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini." Ini menekankan bahwa misi Yesus bukan untuk mendirikan kerajaan politik atau kekuasaan duniawi, melainkan untuk menggenapi rencana ilahi yang bersifat rohani.
Kerajaan Allah tidak bersandar pada kekuatan militer atau politik, tetapi pada nilai-nilai kebenaran, kasih, dan keadilan.
Yesus menegaskan bahwa jika Kerajaan-Nya bersifat duniawi, maka para pengikut-Nya akan berjuang untuk mencegah penyerahan-Nya kepada otoritas Yahudi.
Ini menunjukkan bahwa sifat Kerajaan Allah bertentangan dengan cara dunia yang sering kali menggunakan kekerasan atau paksaan untuk mempertahankan kekuasaan.
Identitas Yesus sebagai Raja
Ketika Pilatus bertanya, “Jadi Engkau adalah raja?”, jawaban Yesus tidak langsung menyangkal, tetapi mengarahkan fokus pada maksud sebenarnya dari kepemimpinan-Nya.
Yesus mengakui peran-Nya sebagai Raja, tetapi bukan dalam pengertian politik seperti yang dipahami Pilatus atau masyarakat Yahudi pada waktu itu.
Raja yang dimaksud Yesus adalah Raja dalam pengertian rohani, yang memerintah melalui kebenaran dan kasih karunia Allah. Yesus menjelaskan bahwa tujuan kedatangan-Nya ke dunia adalah “memberi kesaksian tentang kebenaran.”
Ini menunjukkan bahwa misi-Nya adalah membawa manusia kepada pengenalan akan Allah yang sejati dan rencana keselamatan-Nya. Kebenaran yang dimaksud Yesus adalah realitas Allah dan karya-Nya untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Panggilan untuk Mendengarkan Suara Kebenaran
Yesus juga menyatakan bahwa “setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” Ini adalah ajakan untuk menerima otoritas-Nya sebagai Raja yang sejati.