Musim penghujan selalu menjadi momen yang dinanti para petani pesisir Gunungkidul, khususnya di wilayah Kecamatan Purwosari, Panggang, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, dan Girisubo.
Dengan turunnya hujan yang stabil pada awal November, asa mereka kembali tumbuh untuk memulai siklus tanam. Ketergantungan mereka pada air hujan membuat periode ini sangat penting untuk keberlangsungan pertanian di wilayah yang sering mengalami kekeringan panjang.
Hujan yang stabil sejak November memberikan harapan bagi para petani untuk menanam berbagai jenis tanaman palawija seperti padi gogo, kacang tanah, dan kedelai.
Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul (DPP) mencatat bahwa seluas 21.406 hektare lahan pertanian mulai ditanami tanaman pangan seperti padi, jagung, dan singkong, memberikan peluang besar bagi keberhasilan musim tanam kali ini.
Sistem Tumpangsari sebagai Solusi Adaptif
Para petani di pesisir Gunungkidul telah lama menerapkan sistem tumpangsari untuk mengoptimalkan lahan mereka.
Sistem ini memungkinkan penanaman berbagai jenis tanaman secara bersamaan di satu lahan, sehingga meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko gagal panen.
Dengan curah hujan yang mulai merata di berbagai wilayah seperti Purwosari dan Girisubo, tanaman-tanaman ini diharapkan tumbuh optimal dan memberikan hasil panen yang memadai untuk menunjang cadangan pangan selama satu tahun ke depan.
Pemerintah setempat bahkan memprediksi masa panen pada Januari 2025, memberikan optimisme bagi kesejahteraan para petani di wilayah pesisir.
Petani, sepenuhnya mengandalkan air hujan memiliki risiko besar. Ketidakpastian cuaca akibat perubahan iklim bisa menjadi ancaman.