Dalam agama bumi, konsep memayu hayuning bawono langgeng menekankan pentingnya menjaga harmoni dan keseimbangan dunia demi keberlanjutan hidup bersama.
Prinsip ini menempatkan manusia sebagai bagian integral dari alam semesta yang memiliki tanggung jawab besar untuk merawat dan melestarikannya.
Di sisi lain, dalam ajaran Kristen, Kristus dipahami sebagai pusat dari rencana keselamatan Allah bagi dunia.
Kehadiran-Nya membawa pembaruan, tidak hanya bagi umat manusia, tetapi juga bagi seluruh ciptaan, sebagaimana tercermin dalam visi pemulihan ciptaan di kitab Wahyu.
Mencoba memahami Kristus melalui lensa "memayu hayuning bawono langgeng" dapat menjadi pendekatan yang memperkaya pemahaman tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan ciptaan-Nya.
Hal ini dapat membantu menjembatani nilai-nilai tradisional dengan teologi Kristen.
Dalam Alkitab, peran manusia sebagai pelindung dan pengelola ciptaan terlihat jelas sejak kisah penciptaan di Kejadian.
Tuhan memberikan tanggung jawab kepada manusia untuk "mengusahakan dan memelihara" taman Eden (Kejadian 2:15), sebuah panggilan yang sejalan dengan prinsip "memayu hayuning bawono."
Kristus juga mengajarkan pentingnya kasih kepada sesama dan kepada seluruh ciptaan.
Contoh ini terlihat dalam kepekaan Yesus terhadap kebutuhan manusia, alam, dan lingkungan dalam pelayanan-Nya, seperti memberi makan orang banyak atau berbicara tentang burung-burung di langit yang dipelihara oleh Allah (Matius 6:26).
Dalam pandangan Jawa, konsep "hamemayu hayuning bawono" tidak hanya melibatkan hubungan manusia dengan alam, tetapi juga dengan Tuhan (manunggaling kawula Gusti).