Sejak awal penciptaannya, manusia diberikan mandat yang besar untuk menjaga dan mengelola bumi. Firman Tuhan yang disampaikan melalui kisah Taman Eden menyiratkan pesan moral yang mendalam: hubungan manusia dengan alam adalah hubungan yang saling bergantung.
Alam diciptakan dalam keseimbangan yang sempurna, dan manusia diamanatkan untuk merawat serta menjaganya. Ketaatan manusia terhadap perintah Tuhan menjadi penentu apakah alam dan umat manusia dapat hidup dalam harmoni atau malah terjerumus ke dalam kerusakan.
Dalam ibadah yang berlangsung di STTKI pada tanggal 12 November 2024, Pesan Kebenaran firman Tuhan disampaikan oleh Pdt. Petrus Maryono.
Beliau mengingatkan jemaat akan tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada setiap manusia dalam menjaga dan mengelola bumi, seperti yang ditekankan sejak kisah penciptaan di Taman Eden.
Pilihan yang Berdampak Besar
Ketidaktaatan manusia terhadap Tuhan, sebagaimana dicontohkan dalam kisah Adam dan Hawa, membawa dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar pelanggaran moral.
Ketika manusia memilih untuk melanggar perintah Tuhan, baik dalam hubungan antar sesama maupun dalam cara berinteraksi dengan alam, konsekuensinya meluas hingga merusak relasi spiritual dengan Tuhan dan menciptakan ketidakseimbangan ekologis yang mengancam kehidupan di bumi.
Keserakahan, eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, serta pengabaian terhadap keberlanjutan ekosistem merupakan wujud nyata dari ketidaktaatan manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan.
Penebangan hutan liar, pencemaran air dan udara, serta kerusakan ekosistem laut adalah konsekuensi langsung dari kurangnya kesadaran dan kepedulian terhadap tanggung jawab moral ini.
Ketaatan: Jalan Menuju Kesejahteraan Bersama
Sebaliknya, ketaatan manusia terhadap firman Tuhan dan penerapan prinsip-prinsip pengelolaan alam yang bijaksana dapat membuka jalan menuju kesejahteraan bersama.