Lihat ke Halaman Asli

Obed Antok

TERVERIFIKASI

Tukang tulis

Gereja dalam Tradisi Modern: Adapatif dan Transformatif

Diperbarui: 2 November 2024   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era modern ini, gereja menghadapi tantangan untuk tetap relevan di tengah perubahan sosial dan budaya, terutama di kalangan generasi milenial dan Z. 

Generasi ini, yang tumbuh di era digital, memiliki harapan dan cara beribadah yang berbeda dari generasi sebelumnya. 

Mereka cenderung mencari pengalaman ibadah yang tidak hanya spiritual tetapi juga interaktif dan mendalam, mencerminkan sebuah "tradisi modern" dalam bergereja.

Ibadah yang Bersifat Inklusif

Salah satu perubahan signifikan yang terlihat adalah pergeseran menuju ibadah yang lebih inklusif, sebuah bentuk tradisi modern yang memungkinkan jemaat berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan rohani. 

Generasi milenial dan Z sangat menghargai kesempatan untuk berpartisipasi dan berbagi dalam pengalaman ibadah. 

Oleh karena itu, gereja-gereja mulai mengadaptasi format ibadah dengan melibatkan jemaat dalam diskusi, sesi tanya jawab, dan elemen interaktif lainnya, menjadikan ibadah sebagai pengalaman kolektif yang lebih bermakna.

Gereja dan Platform Digital

Teknologi telah menjadi alat yang sangat penting dalam menjangkau generasi muda dan mengimplementasikan tradisi modern dalam bergereja. 

Gereja kini memanfaatkan platform digital untuk mengadakan ibadah online, melakukan streaming langsung, dan menyediakan rekaman khotbah di berbagai platform. 

Hal ini memungkinkan jemaat, terutama yang tidak dapat hadir secara fisik, untuk tetap terhubung dengan komunitas gereja mereka dan mengakses materi spiritual kapan saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline