Tekanan sosial sering muncul dalam komunitas emak-emak, di mana mereka terkadang terlibat dalam setiap kegiatan. Contohnya, seorang ibu merasa bergabung dalam pertemuan di lingkungan atau komunitasnya.
Banyak kegiatan dalam komunitas ini, seperti senam berbayar atau wisata, memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Di lingkungan tersebut, seorang warga yang tidak mampu membayar biaya senam bulanan mungkin merasa tertekan dan terpinggirkan, menyebabkan beban finansial yang lebih besar.
Kegiatan yang lebih eksklusif dan mahal, seperti wisata belanja, juga dapat menciptakan kesenjangan di lingkungan tersebut.
Mereka yang tidak mampu mengikuti aktivitas tersebut, seperti ibu rumah tangga dengan penghasilan terbatas, sering merasa tersisih, mengurangi rasa kebersamaan dalam lingkungan tersebut.
Kecemburuan sosial dapat terjadi ketika anggota melihat postingan di media sosial yang menampilkan kehidupan emak-emak di komuntias tersebut.
Contohnya, jika seorang emak membagikan foto liburan mewah, warga di lingkungan lain mungkin merasa tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri, menimbulkan perasaan rendah diri.
Ketergantungan pada media sosial membuat banyak emak-emak terlalu fokus pada citra yang ingin ditampilkan, sehingga mengabaikan keseimbangan antara kehidupan online dan offline.
Seorang emak yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk berfoto dan memposting di media sosial seringkali mengabaikan perasaan warga lain di lingkungan mereka.
Hal lain yang sering menjadi masalah, kegiatan yang berlebihan dalam kegiatan komunitas dapat mengalihkan perhatian dari tanggung jawab utama.
Contohnya, seorang anggota yang menghabiskan banyak waktu untuk mengorganisir acara komunitas bisa mengabaikan tugas rumah tangga atau pekerjaan mereka.