Kekerasan budaya adalah bentuk kekerasan yang dilegitimasi melalui praktik, norma, atau simbol-simbol dalam masyarakat. Kekerasan budaya sering membenarkan atau mewajarkan tindakan kekerasan, baik fisik, psikologis, maupun struktural.
Kekerasan ini sering kali sulit diidentifikasi karena tersembunyi dalam tradisi, adat, atau keyakinan sosial.
Berbeda dengan kekerasan fisik yang tampak jelas, kekerasan budaya sering dianggap sebagai bagian dari "kebiasaan" atau "nilai-nilai" suatu masyarakat.
Definisi Kekerasan Budaya
Johan Galtung, pertama kali memperkenalkan konsep kekerasan budaya. Menurutnya, kekerasan budaya adalah aspek-aspek dari budaya, seperti agama, ideologi, seni, bahasa, dan ilmu pengetahuan.
Kekerasan budaya memberikan pembenaran moral bagi pelaku kekerasan dan membuat kekerasan tampak normal dalam konteks sosial tertentu.
Contoh Kekerasan Budaya
1. Diskriminasi Gender
Di berbagai budaya, kekerasan terhadap perempuan sering kali dianggap wajar dan dilegitimasi melalui tradisi patriarki, adat istiadat, atau interpretasi agama.
Misalnya: Sunat perempuan (Female Genital Mutilation). Masih dilakukan di beberapa negara Afrika dan Timur Tengah dengan alasan budaya atau agama, meskipun secara medis berbahaya dan melanggar hak asasi perempuan.
Pernikahan Anak. Beberapa masyarakat melegitimasi pernikahan anak dengan dalih menjaga kehormatan keluarga atau tradisi, meskipun berdampak negatif pada kesehatan dan pendidikan anak perempuan.