Seakan terus berjalan, menembus waktu.
Angin malam menusuk, membekukan sumsum,
Mengukir kesunyian dalam tiap napas,
Serangga malam menyanyikan simfoni hampa,
Mengiringi kepedihan yang tak berujung.
Di tengah keheningan yang dalam,
Letih jiwa bergetar dalam kebekuan,
Air mata menetes, bercampur embun,
Menyisakan jejak pada malam kelam.
Rindu ketenangan meresap dalam kalbu,
Menghempaskan rasa pada kepedihan malam,
Di bawah sinar bintang dan awan putih,
Jiwa berseru dalam doanya yang dalam.
Kepedihan merobek jantung yang rapuh,
Menggugah doa kepada Sang Pencipta,
Dalam kebekuan dan kerinduan,
Harapan menari dalam heningnya malam.
Di bawah cahaya bulan yang lembut,
Kegelapan menyelimuti setiap sudut,
Ketenangan terasa jauh, namun diharapkan,
Menggenggam keyakinan dalam keputusasaan.
Malam yang sepi dan membekukan,
Menjadi saksi setiap tangis yang tak terdengar,
Dalam dingin yang menusuk,
Kerinduan jiwa untuk bangkit.
Dalam setiap desir angin malam,
Ada doa yang terucap penuh harap,
Mengharap cahaya itu datang,
Menyapa di tengah kegelapan.
Meskipun kepedihan menyayat hati,
Dan keheningan melingkupi malam,
Harapan akan kedamaian takkan pudar,
Mendampingi doa dalam gelapnya malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H