Lihat ke Halaman Asli

Obed

Pembelajar

Pesan Simbah, Jangan Makan Gula

Diperbarui: 21 Agustus 2024   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi https://www.huffpost.com

Gula Manis

Kekuasaan sering kali diibaratkan seperti gula yang manis---menarik dan menggugah selera. Bagi banyak orang, kekuasaan adalah sesuatu yang diinginkan dan dianggap sebagai sebuah pencapaian.

Namun, sebagaimana gula yang disukai anak-anak, kekuasaan juga bisa membawa dampak negatif jika tidak diolah dengan bijaksana. Orang tua biasanya mengingatkan anak-anaknya untuk menghindari konsumsi gula yang berlebihan demi menjaga kesehatan gigi. 

Prinsip yang sama seharusnya berlaku dalam dunia kekuasaan; berlebihan dan salah penggunaan kekuasaan dapat merusak.

Gula Manis dan Potensi Penyakit

Dalam masyarakat modern, kesadaran untuk mengurangi konsumsi gula semakin meningkat, dengan banyak orang beralih ke alternatif seperti gula jagung. 

Fenomena ini mencerminkan perubahan yang lebih besar dalam perilaku konsumsi dan kesadaran akan kesehatan. Demikian pula, dalam hal kepemimpinan, penting untuk memilih dan mengelola kekuasaan dengan bijaksana dan tidak sembarangan, sama seperti memilih bahan makanan yang lebih sehat untuk tubuh.

Bertapa Dulu

Simbah dari desa memberikan nasihat yang bijak tentang bagaimana seharusnya seseorang menghadapi kekuasaan. 

Ia menyarankan agar sebelum memegang kekuasaan, seseorang harus melakukan introspeksi dan mencari petunjuk dari Tuhan. Hal ini penting agar kepemimpinan yang diambil tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga untuk masyarakat. 

Dalam hal ini, kepemimpinan yang baik harus bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, dan tidak menyengsarakan rakyat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline