Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi, saat ini angkutan antar kota dalam provinsi menghadapi perubahan drastis.
Di kawasan Salatiga, contohnya, perubahan ini terlihat jelas pada menurunnya jumlah armada bus Semarang-Solo.
Jumlah Armada Berkurang
Beberapa tahun lalu, armada bus ini merupakan tulang punggung transportasi antar kota. Namun kini, hanya sedikit perusahaan bus yang masih bertahan dalam persaingan ketat ini.
Penumpang yang berencana naik bus pada pagi hingga sore hari sering kali harus bersabar. Menunggu lama untuk mendapatkan moda transportasi yang diinginkan adalah pemandangan yang umum.
Di jalur Salatiga-Ampel, situasinya semakin rumit. Kini, penumpang tidak lagi memiliki banyak pilihan. Sebagian besar terpaksa memilih antara naik ojek online atau bus jurusan Semarang-Solo.
Keterbatasan ini jelas merugikan, terutama bagi mereka yang membutuhkan akses langsung tanpa harus berganti-ganti kendaraan.
Terdesak Transportasi Online
Moda angkutan kota konvensional yang dulu penuh sesak kini jauh berkurang. Kemunculan transportasi online dan penggunaan kendaraan pribadi semakin mempengaruhi volume penumpang angkutan konvensional.
Banyak warga di Salatiga beralih menggunakan transportasi online, ataupun motor roda dua dan mobil pribadi, dalam kesehariannya. Hal ini akhirnya mengurangi ketergantungan pada angkutan umum.
Terjadinya persaingan antara angkot dan transportasi online ini tidak hanya menambah tekanan bagi pengusaha angkutan, tetapi juga mengangkat masalah lain yang krusial---biaya operasional yang tinggi.