Di sudut rumah tua berdinding bambu, Di samping lemari kayu, di lincak engkau duduk, Ditemani radio tape dan alunan tembang Jawa, Mengisi ruang dengan ketenangan.
Kakek, dengan usia yang semakin renta,
Dalam kesederhanaan engkau mengasihi kami,
Mengajarkan makna hidup bukan hanya lewat kata,
Namun melalui tindak dan kerja yang nyata.
Di atas meja kayu, engkau melinting cerutu,
Diiringi tembang campursari dari kaset,
Menjadi latar bagi kisah hidup yang mendalam,
Yang tak ternilai dan selalu terkenang.
Kesederhanaan adalah pelajaran yang abadi,
Dalam setiap langkah dan perbuatan,
Kegembiraan serta kebijaksanaan engkau wariskan,
Sebagai bagian dari warisan yang mendalam.
Kami menyaksikan keheningan dalam kebersamaan,
Dalam melinting cerutu dan alunan lembut,
Setiap detik bersamamu adalah kenangan berharga,
Yang kini kurindukan dan membuat hati terharu.
Di sudut rumah tua, dalam sisa usia,
Tersimpan kisah kasih yang tulus dan abadi,
Kakek, engkau mengajarkan arti kehidupan,
Dengan cara yang tak pernah kami lupakan.
Saat radio tape berhenti dan tembang mereda,
Hati ini tetap merindukan setiap momen indah,
Dalam kesederhanaan dan kegembiraan yang kau berikan,
Kami mengingatmu dengan penuh cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H