Lihat ke Halaman Asli

Obed Antok

Akademisi

Penyediaan Alat Kontrasepsi untuk Remaja vs Kekudusan Hidup Remaja Kristen

Diperbarui: 11 Agustus 2024   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://unsplash.com/s/photos/youth-ministry

Dalam pandangan Alkitab, seksualitas adalah sebuah karunia yang diberikan Allah dan dirancang untuk dinikmati dalam konteks pernikahan yang sah, yaitu pernikahan heteroseksual yang monogami.

Fondasi Keluarga

Keluarga sebagai lembaga pertama yang Allah bentuk dan memiliki makna yang sangat penting dalam pandangan Alkitab. Dalam Kejadian 2:24, disebutkan bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan orangtuanya dan bergabung dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Ayat ini menegaskan bahwa pernikahan adalah institusi yang didirikan oleh Allah sejak awal penciptaan manusia.

Sebagai lembaga pertama, keluarga memiliki posisi yang sangat penting dalam rencana Allah. Keluarga bukan hanya sebuah unit sosial atau struktur masyarakat, tetapi merupakan fondasi dasar dari masyarakat itu sendiri. 

Allah mendirikan keluarga sebagai tempat di mana individu belajar tentang cinta, tanggung jawab, dan komitmen. Ini adalah lingkungan di mana nilai-nilai moral dan spiritual pertama kali ditanamkan dan dikembangkan.

Keluarga harus menjaga hidup kudus karena merupakan ciptaan Allah yang memiliki tujuan dan makna ilahi. Kekudusan ini mencakup kesetiaan dan komitmen antara suami dan istri, serta tanggung jawab terhadap anak-anak yang lahir dari pernikahan tersebut. 

Dalam konteks ini, keluarga tidak boleh dianggap remeh atau diperlakukan dengan sembrono. Penting untuk menghormati dan menjaga kekudusan lembaga keluarga dengan serius, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Alkitab.

Kekudusan keluarga terwujud ketika setiap anggotanya memahami bahwa hubungan dalam keluarga harus didasarkan pada nilai-nilai Allah yang tinggi, seperti kasih, kesetiaan, dan saling menghormati.

Keluarga yang dibangun atas dasar nilai-nilai ini mencerminkan kehendak Allah dan menjadi teladan bagi masyarakat. Prinsip ini menegaskan bahwa hubungan seksual seharusnya hanya terjadi dalam ikatan pernikahan yang sah, dan tidak di luar pernikahan.

Kelahiran yang terjadi akibat hubungan seksual di luar nikah bisa dilihat sebagai pelanggaran terhadap kehendak Allah tentang bagaimana seharusnya seksualitas dilakukan. Alkitab mengajarkan bahwa pernikahan adalah perjanjian suci yang mencerminkan hubungan Kristus dengan gereja, seperti dinyatakan dalam Efesus 5:22-33.

Pernikahan menurut Alkitab bukan hanya sebuah ikatan sosial, tetapi juga sebuah perjanjian spiritual yang melibatkan komitmen dan kesetiaan. Oleh karena itu, hubungan seksual di luar pernikahan dianggap sebagai pelanggaran terhadap kekudusan pernikahan dan komitmen yang dimaksudkan oleh Allah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline