Mengapa Tidak Merokok lagi?
Pada akhir bulan lalu, saya mengunjungi keluarga di Wonosari, Gunungkidul, untuk menengok Pak Lik yang baru saja menjalani operasi kanker otak di salah satu Rumah Sakit di kota Yogyakarta.
Sebagai bagian dari perawatan pasca-operasi, Pak Lik kini menjalani kemoterapi dengan mengonsumsi obat oral, yaitu pil atau kapsul yang diminum secara rutin.
Kemoterapi adalah metode pengobatan yang bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dengan menyerang sel-sel yang berkembang pesat. Kemoterapi oral berfungsi dengan cara yang mirip dengan kemoterapi infus, yaitu dengan menghentikan proses pembelahan sel kanker.
Meskipun pengobatan ini dapat efektif, pasien sering mengalami efek samping seperti mual, kelelahan, dan penurunan nafsu makan. Oleh karena itu, pemantauan yang ketat selama menjalani kemoterapi sangat penting untuk mengelola efek samping dan menyesuaikan perawatan sesuai kebutuhan pasien.
Saat mengunjungi keluarga di Wonosari, Gunungkidul, saya berbincang dengan keponakan saya, Agus. Agus mengungkapkan bahwa dia telah mengurangi merokok, dan beberapa hari kadang berhenti merokok.
Saat kami berbincang, Agus mengungkapkan bahwa Pak Lik, baru-baru ini didiagnosis dengan kanker otak. Agus menjelaskan bahwa salah satu faktor pemicu karena ayahnya perokok aktif.
Dokter telah menyampaikan bahwa merokok sangat berbahaya dan berkontribusi pada perkembangan berbagai penyakit serius, termasuk kanker.
Pengetahuan ini menjadi salah satu alasan Agus untuk berhenti merokok, karena ia menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh kebiasaan tersebut, baik bagi kesehatan diri sendiri maupun orang-orang terdekat.
Menurut artikel di [yankes.kemkes.go.id](https://yankes.kemkes.go.id/), kanker paru-paru adalah jenis kanker yang paling erat kaitannya dengan merokok, dan perokok memiliki risiko jauh lebih tinggi mengalami kanker ini dibandingkan non-perokok.
Merokok bertanggung jawab atas 90% kematian akibat penyakit paru-paru global.