Istilah "kerendahan hati" dalam Alkitab dapat ditemukan dalam berbagai ayat, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Sebagai contoh, dalam Perjanjian Lama, Kitab Amsal 22:4 (עֲנָוָה, anavah) menyatakan:"Balasan kerendahan hati, yaitu takut akan TUHAN, adalah kekayaan, kehormatan, dan hidup."
Ayat ini menekankan bahwa kerendahan hati yang sejati adalah sikap yang membawa berkat dari Tuhan, bukan hanya dalam aspek materi, tetapi juga dalam kehidupan rohani seseorang.
Ayat dalam Alkitab dalam bahasa Ibrani yang mengajarkan tentang kerendahan hati dapat ditemukan dalam berbagai bagian. Salah satu contoh yang terkenal adalah dalam Kitab Mazmur 25:9 (תַּשְׁפִּילֵנִי, tašpilēnî) yang berbunyi: "Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati."
Ayat ini menekankan pentingnya kerendahan hati dalam memperoleh bimbingan dan pengajaran dari Tuhan.
Sebagai salah satu contoh yang terkenal karena kerendahan hatinya dalam Alkitab adalah Musa. Kitab Bilangan 12:3 (בְּעַבְדִּי הוּא נֶאֱמָן, be'avdi hu ne'eman) mencatat:
"Musa adalah seorang yang sangat rendah hati, lebih dari pada semua orang yang ada di muka bumi."
Ayat ini menggambarkan Musa sebagai sosok yang rendah hati di hadapan Tuhan, meskipun ia memegang posisi penting sebagai pemimpin bangsa Israel. Kesetiaan dan kerendahan hati Musa adalah kualitas yang membedakannya, membuatnya dicatat dalam Alkitab sebagai teladan yang kuat tentang pentingnya sikap kerendahan hati di hadapan Tuhan.
Ciri-ciri Kerendahan hati
Kerendahan hati adalah salah satu nilai utama dalam kepemimpinan Kristen yang tercermin dalam ajaran Yesus Kristus sendiri. Yesus, sebagai teladan utama, mengajarkan bahwa seorang pemimpin sejati adalah pelayan bagi orang lain.
Dalam Injil Matius 20:28, Yesus menyatakan bahwa tujuan datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. Ini menunjukkan bahwa sikap yang paling mulia dalam kepemimpinan adalah kesediaan untuk mengabdikan diri untuk kepentingan orang lain, tanpa memikirkan pengakuan atau keuntungan pribadi.
Dalam budaya Jawa, konsep "rendah hati" tercermin dalam berbagai istilah yang menggambarkan sikap yang menghargai kebersahajaan dan penghargaan terhadap orang lain. Istilah seperti "nrima" menekankan pentingnya menerima dengan rendah hati, baik dalam pujian maupun dalam interaksi sehari-hari.