Lihat ke Halaman Asli

Obed Bima Wicandra

Pencinta klub Liverpool dan Persebaya

Menjadi Bonek yang (Bisanya) Menulis

Diperbarui: 31 Desember 2020   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian anggota Bonek Writer Forum saat halal bi halal 2019. (dokpri)

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". - (Pramoedya Ananta Toer)

Suara kami mungkin sudah tidak prima lagi untuk bernyanyi-nyanyi memberikan dukungan pada Persebaya saat mereka bertanding. Tubuh kami juga sudah tidak kuat lagi untuk berdiri selama 90 menit.

Namun jauh sebelumnya, saat Persebaya "dimatikan" PSSI tahun 2012, suara kami sudah berpindah ke media sosial untuk menyerukan perlawanan. Suara yang diwakilkan pada rentetan huruf dan kata. Tiap kalimatnya kami pahami sebagai senjata. Sebagai nada kemarahan pada federasi.

Kecintaan pada Persebaya sudah banyak yang tak meragukan bahkan menyeretnya menjadi stigma. Keburukan menandai Bonek di sepanjang sekian tahun. Karena itu pula, ketika tidak semua berlaku buruk, nilai kebaikan pun jarang didapatkan hehehehe.... 

Tak apa-apa, Bonek memahaminya sebagai buah konsekuensi dalam berkeluarga. Baik dan buruk adalah rumah bersama. Rumah saling berbagi, meski dalam kondisi apapun.

Rupanya tulisan kami yang tersebar di berbagai platform digital (Facebook, Blackberry Messenger, dan belakangan Whatsapp) itulah yang menyatukan kami. Susah senang bersama. Berbela rasa tentang Persebaya yang dipaksa mati. Hingga kami memutuskan membuat grup di Whatsapp bernama Bonek Writer Forum (BWF). BWF lahir pada 6 Desember 2017 yang ditandai dengan postingan pertama di grup Whatsapp.

Hingga saat pandemi tiba, kami berkumpul bersama hanya sekali (saat halal bi halal tahun 2019). Selebihnya ngerasani dan diskusi diadakan di grup. Hasilnya adalah membuat terbitan bacaan. Berbagi cerita, bagi kami, bisa meminimalisir ketegangan yang terjadi antarsuporter.

Komunitas suporter sepak bola di Indonesia sudah mulai banyak yang membuat bacaan-bacaan. Itu jugalah yang memperkuat keyakinan kami, bahwa ke depan, ketegangan hingga berujung perseteruan biarlah terjadi saat mengomentari pertandingan. Jika pun saling sindir antarsuporter biarlah juga terjadi tanpa ada yang baper.

Terbitan pertama BWF adalah dalam bentuk e-book di tahun 2019. Buku pertama ini dalam rangka ulang tahun Persebaya ke-92. Judulnya adalah "Make Persebaya 92eat Again". Buku ini gratis dan diedarkan lewat website BWF. Semangat untuk berbagi pandangan mengenai Persebaya inilah yang melatarbelakangi terbitnya buku ini.

Cover buku "Make Persebaya 92eat Again" (2019).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline