Lihat ke Halaman Asli

Obar Sobarudin

Guru, Alumni Pasca Sarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Yaa Ghaffaar

Diperbarui: 3 Juni 2024   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai Yang Maha Pengampun
Malu diri ini bergelimang nista
Tiap waktu hobi menimbun dosa
Sejak buka mata saat terjaga
Hingga tutup mata saat malam

Ibadahku masih minimalis
Itupun bergumul antara ikhlas dan ria
Wakaf tak pernah
Zakat terbatas hanya fitrah
Infak masih terfokus receh
Shodaqoh tak seberapa
Zakat perniagaan
Zakat pertanian
Zakat binatang ternak
Zakat mas dan perak
Zakat pertambangan
Zakat profesi
Di neraca semua masih nihil

Refleksi diri
Adam tersilap satu kali saja
ia panjatkan ampun hingga 200 tahun
Ampunan Allohpun tiba
Dipertemukan kembali dengan Siti Hawa
Jabbal Rahmah jadi saksi histori

Tapi semua itu ku tepis
Karena yakin janji manis-Mu
"Bila datang hamba-Ku membawa dosa setinggi langit, kemudian mohon ampun pasti Aku ampuni, bila datang hamba-Ku membawa dosa seluas bumi dengan tidak  mempersekutukan Aku, Aku pasti datang dengan pengampunan seluas itu."
Demikian sari dari HR. Tirmidzi

Oleh karena itu
Aku rendahkan tubuh dan hati ini
Untuk raih ampunan-Mu
Hingga aku dan Kaupun ridho

Kng, 030624

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline