Lihat ke Halaman Asli

Paradigma Intergrasi Islam dan Ilmu Sosial Humaniora: Perspektif Antropologi

Diperbarui: 12 Desember 2024   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Antropologi, sebagai cabang ilmu sosial humaniora, berfokus pada studi manusia dan budayanya dalam berbagai konteks. Sebagai bagian dari ilmu sosial, antropologi sering kali dianggap netral dari agama. Namun, paradigma integrasi Islam dan ilmu sosial humaniora menawarkan pendekatan baru yang memungkinkan pemahaman yang lebih holistik. Integrasi ini menggunakan epistemologi bayani, burhani, dan irfani, yang membentuk cara pandang Islam dalam mengkaji fenomena manusia dan masyarakat.

Apa Itu Paradigma Integrasi Islam dan Ilmu Sosial Humaniora?

Paradigma integrasi adalah pendekatan yang menyatukan nilai-nilai Islam dengan ilmu pengetahuan modern. Dalam konteks ilmu sosial humaniora, ini berarti memahami dan mengkaji fenomena manusia dan masyarakat berdasarkan sumber-sumber Islam (Al-Quran dan Hadis), akal rasional, serta pengalaman spiritual.

Dengan integrasi ini, ilmu sosial tidak hanya menjadi alat analisis yang bersifat sekuler, tetapi juga dapat memperkuat nilai-nilai kemanusiaan berdasarkan wahyu dan etika Islam.

Ayat Al-Quran tentang Antropologi

Salah satu ayat yang relevan dalam kajian antropologi adalah Surat Al-Hujurat ayat 13:

"Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat: 13)

Ayat ini menegaskan keberagaman manusia sebagai sunnatullah (ketetapan Allah). Konsep ini menjadi dasar dalam antropologi untuk memahami keragaman budaya, bahasa, dan adat istiadat manusia.

Epistemologi Bayani, Burhani, dan Irfani dalam Integrasi

1. Epistemologi Bayani

Epistemologi bayani berfokus pada teks (nash) sebagai sumber utama pengetahuan. Dalam antropologi, bayani digunakan untuk memahami ayat-ayat Al-Quran dan Hadis yang menjelaskan fenomena kemanusiaan. Contohnya, ketika saya pertama kali membaca ayat ini, saya merasa tersadarkan akan pentingnya mengenali keberagaman. Dalam sebuah diskusi dengan teman-teman dari berbagai suku, saya menggunakan ayat ini untuk menjelaskan bahwa perbedaan budaya adalah bagian dari ketetapan Allah, bukan alasan untuk saling merendahkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline