Stop ovt saatnya self healing, dalam rangka merayakan kesehatan mental.
Hallo, dari tema ini saya ingin menuliskan beberapa hal untuk kita. aku dan diriku, aku dan kamu, dan kita dengan masing-masing dari kita. Judulnya akhirnya kita bermula, karena saya tidak ingin menuliskan mulanya kita berakhir. Yap ! ini adalah tulisan pertama saya disini. Saya akan sedikit curhat dengan coretan ini, saya adalah mahasiswa semester akhir. Masa dimana bingung dan bimbang menjadi hal yang bercampur dalam pikiran. Masa dimana semua hal akan menjadi jawaban untuk dipertanggungjawabkan. Ya, over thingking (ovt) sebutan gaulnya.
Sebagai generasi Z yang kerap kali merasakan ovt tentunya kita yang lebih paham dengan kondisi dan pikiran yang merundung hidup kita. Biasanya, overthingking datang pada malam hari, karena pada malam hari manusia sering menggunakan waktunya untuk berkomunikasi pada dirinya sendiri. Ketika pikiran dan jiwa tidak dapat dikendalikan dengan baik.
Ovt senantiasa membuat pelaku merasa khawatir dan takut akan bayangan dalam dirinya. Pelaku biasanya terbayang akan dirinya tentang kekhawatiran masa depan dan penyesalan masa lampau. Semua terbayang begitu saja. Lalu bagaimana pelaku bisa melewatinya? Kalau begini terus jadi takut tambah dewasa ga si? hehehe..
Setelah ovt yang cukup menyiksa batin seseorang, saat ini masyarakat gemar sekali melakukan self healing anggapnya adalah sebagai penyembuhan pikiran yang meresahkan dirinya. Saya sendiri juga kerap kali melakukan hal ini, dan berargumen bahwa setiap luka membutuhkan meditasi. Setelah tangis yang bercucur dalam diri saya, saya mengakui bahwa yang saya perlukan adalah obat seperi dengan berjalan-jalan, berbelanja, dan makan yang enak, merupakan cara saya untuk mengembalikan rasa bahagia saya. Eiits, ternyata hal itu tidak bertahan lama.
Saya kerap bertanya pada diri saya apa yang saya inginkan dan bagaimana caranya untuk menyembuhkan luka batin tersebut. Cara yang saya anggap menyenangkan ternyata belum tentu dapat menyembuhkan luka itu. Langkah itu hanya akan mempoles dan menutup bagian goresannya saja. luka tersebut masih tetap ada. karena Luka itu adalah awal yang harus diakhiri, dan luka adalah akhir yang perlu diperbaiki.
Saya jadi teringat dan berusaha mengingat sepertinya ada hal yang salah dalam diri saya. Seharusnya jika orang lain tidak separah ini, atau ada orang lain yang memiliki luka lebih parah. Sedangkan kita tidak bisa menemukan obatnya setidaknya diri kita bisa ciptakan obatnya, meskipun faktornya dan lukanya sama dalam diri orang lain untuk hal ini kita tidak bisa percaya bahwa yang dimiliki orang lain juga akan sama dengan yang kita lalui. Meskipun saya juga tidak bisa menjamin.
Luka dalam diri kita, luka masa kecil, luka yang berdarah bahkan luka yang bernanah tidak bisa kita biarkan begitu saja. Kita pemilik diri kita wajib melindungi dan mengembalikan semua hak untuk diri kita sendiri. Berhentilah untuk mengkait dan menyayat diri sendiri, berhentilah untuk melukai dirimu sendiri, berhentilah untuk memaksa dan menyiksa dirimu sendiri, jangan biarkan jiwamu menyakiti dirimu. Mari temukan obat untuk sembuhkan lukamu, ciptakan penyembuhan untuk mengembalikan bahagiamu.
Mari kita kendalikan pikiran kita kepada hal yang baik, terlepas dengan semua yang pernah terjadi jadikan itu sebagai pelajaran untuk selanjutnya. Kali ini aku yakin bahwa jangan bersedih dan jangan putus asa. Setiap kita memiliki sedih dan senang sendiri. Terkadang kita merasa sedih dengan perkataan orang yang buruk tentang kita, terkadang kita juga merasa senang dengan sedikit pujian pada kita, dan yang terpenting setiap kita memiliki cara untuk mengendalikan perasaan tersebut.
Mari lakukan apa yang kita inginkan and everything is gonna be okay.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H